Rabu, 12 Maret 2014

PROPOSAL Q




PENGARUH PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS
(MASTERY LEARNING) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP KINGDOM FUNGI PADA SISWA KELAS X BIOLOGI SMA NEGERI 3 SUMBAWA BESAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

UNSA FKIPPROPOSAL




Oleh :
SRI ENDANG SATRIANI
11.01.14.0182

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN (FKIP)

UNVERSITAS SAMAWA (UNSA)

SUMBAWA BESAR

TAHUN 2013/2014




UNSA FKIP
 



















PENGARUH PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS
(MASTERY LEARNING) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP KINGDOM FUNGI PADA SISWA KELAS X BIOLOGI SMA NEGERI 3 SUMBAWA BESAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014



Oleh :

SRI ENDANG SATRIANI
11.01.14.0182




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN (FKIP)

UNVERSITAS SAMAWA (UNSA)

SUMBAWA BESAR

TAHUN 2013/2014



PENGARUH PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS
(MASTERY LEARNING) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP KINGDOM FUNGI PADA SISWA KELAS X BIOLOGI SMA NEGERI 3 SUMBAWA BESAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SRI ENDANG SATRIANI
11.01.14.0182

ABSTRAK
Dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar aktif dan efisien sehingga untuk mencapai pembelajaran yang maksimal, diperlukan suatu metode yang dapat menunjang proses pembelajaran salah satunya adalah menggunakan metode Belajar Tuntas (MASTERY LEARNING), karena metode ini dapat memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk bertanya atau memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan belajar tuntas (mastery learning) terhadap penguasaan konsep kingdom fungi pada siswa kelas X biologi SMA Negeri 3 sumbawa besar tahun pelajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini  2 kelas, kelas masing-masing diambil dari kelas X-W yang berjumlah 25 orang dan kelas X-Y yang berjumlah 23 orang, kedua kelas ini memiliki kemampuan yang sama, sehingga jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sample (sampel kelompok).
 Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan bentuk posttest only with control group design.  Pengumpulan data menggunakan metode tes. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan  rumus korelasi point biserial dapat dilihat pada perhitungan uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan belajar tuntas (mastery learning) terhadap penguasaan konsep kingdom fungi pada siswa kelas X biologi SMA Negeri 3 sumbawa besar tahun pelajaran 2013/2014.
Kata kunci: Model Belajar Tuntas (mastery learning), Penguasaan Konsep  Kingdom Fungi..
                             





KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya  sehingga penulis dapat menyusun Proposal yang berjudul. “PENGARUH PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP KINGDOM FUNGI PADA SISWA KELAS X BIOLOGI SMA NEGERI 3 SUMBAWA BESAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014”. dapat terselesaikan dengan baik.
 Dalam penyusunan Proposal ini  penulis banyak mendapatakan bantuan, bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak,  untuk itu   ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1.      Armansyah Putra,M,Pd selaku Dosen pembina mata kuliah TPKI yang telah dengan sabar memberikan bimbingan selama pelaksanaan perkuliahan sehingga  penyelesaian proposal ini dapat terselesaikan.
2.      Kepada keluarga saya tercinta yang telah memberikan kasih sayang, do’a, motivasi, pengertian, kesabaran, dan pengorbanan tak terhingga, sehingga pelaksanaan perkuliahan selama ini  dapat terlaksana
3.      Semua teman-teman seperjuangan angkatan 2011 jurusan Biologi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi dan kebersamaan harapan saya semoga kita semua segera dapat menyelesaikan Studi S1 ini dengan tepat waktu.
                                                               Sumbawa Besar,  20 Januari 2014
                                                                                                Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR LOGO FAKULTAS
HALAMAN JUDUL                            
ABSTRAK........................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................ x              
BAB I   PENDAHULUAN.................................................................. 1
1.1. Latar Belakanng..................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah.................................................................. 5
1.3. Tujuan penelitian................................................................... 6
1.4. Manfaat penelitian................................................................. 6
1.5. Definisi Operasional............................................................... 7
1.6. Lingkup Penelitian................................................................. 12

BAB II  METODE PENELITIAN..................................................... 13                    
2.1. Teknik Penelitian.................................................................... 13
2.2. Pendekatan Penelitian............................................................ 15
2.3. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 15
2.4. Populasi dan Sampel Penelitian............................................ 15
2.5. Teknik Pengumpulan Data................................................... 17
2.6. Instrumen Penelitian.............................................................. 17
2.7. Analisis Data........................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam  peningkatan kualitas sumberdaya manusia, baik sosial, spiritual, intelektual, maupun professional. Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi prioritas utama dari program pendidikan nasional saat ini, peningkatan kualitas pendidikan bukan hanya menjadi tugas pemerintah,  tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Proses peningkatan kualitas pendidikan adalah upaya yang komplek karena menyangkut perencanaan, pendanaan dan pengelolaan proses pembelajaran.
Tujuan proses belajar mengajar secara ideal yaitu agar semua peserta didik dapat menguasai bahan ajar secara maksimal. Namun ternyata masalah yang masih banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata hasil belajar. Selain itu, dalam pelaksanaan masih ada anggapan bahwa siswa dalam satu kelas mempunyai kemampuan dan cara belajar yang sama. Dengan pengajaran klasikal yang melihat sejumlah peserta didik dengan pemberian pengajaran yang sama, tentu saja tidak sejalan dengan asas bahwa anak itu secara individual berbeda-beda dalam kemampuan dasarnya, minat, kecepatan, dan lamban belajarnya. Perbedaan individual peserta didik semacam itu perlu mendapat perhatian guru di kelas apabila mereka mengharapkan agar setiap anak dapat berhasil, yaitu dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara penuh (Suryosubrato, 2002:79).
Proses pendidikan dalam sistem persekolahan khususnya sekolah menengah atas, umumnya belum menerapkan pembelajaran hingga peserta didik  belum menguasai materi pembelajaran secara tuntas, akibatnya tidak aneh apa bila masih banyak siswa yang belum menguasai materi pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa setiap siswa dalam proses belajar mengajar mempunyai hasil yang berbeda beda, memperhatikan adanya perbedaan dari setiap individu dalam belajar, perlu dicari sesuatu pendekatan yang sesuai agar hasil belajar yang dicapai dapat mencapai prestasi yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Menurut Bloom (Asri, 2004:104) “Para guru disarankan untuk menggunakan tes formatif sebagai alat belajar, baik sebagai umpan balik bagi siswa terhadap kemajuan belajar mereka dan sebagai panduan untuk mengoreksi kesalahan belajar”. Dengan kata lain bukan menggunakan penilaian hanya sebagai evaluasi pada setiap akhir pembelajaran, tetapi Bloom merekomendasikan untuk menggunakannya sebagai proses pembelajaran untuk mengenal kesulitan belajar setiap individu dan untuk menetapkan prosedur remedial, yaitu dengan cara mempengaruhi proses belajar siswa dengan mengunakan belajar tuntas (mastery learning).
Menurut teori humanistik (Asri, 2004:107) proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan demikian, sekolah sebagai lembaga pendidikan berkewajiban memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada setiap siswa (individu) untuk mengembangkan dirinya (self realization) seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Menurut Suryosubroto (Trianto, 2002:52) dipandang dari sudut pendidikan, konsep belajar tuntas memang cara belajar mengajar yang sangat menguntungkan siswa, karena dengan cara tersebut setiap siswa dapat dikembangkan semaksimal mungkin.
Ketuntasan dalam belajar pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang difokuskan pada penguasaan konsep siswa terhadap bahan pelajaran yang dipelajari. Dalam pola ini ditentukan bahwa seorang siswa yang mempelajari satuan unit pelajaran tertentu dapat berpindah ke satuan unit pembelajaran berikutnya jika siswa yang bersangkutan telah menguasai sekurang-kurangnya 75% dari kompotensi yang ditetapkan. “Melalui pembelajaran tuntas ini siswa diberi peluang untuk maju sesuai dengan kemampuan dan kecepatan mereka sendiri serta dapat meningkatkan tahap penguasaan pembelajaran” (Hernawan, 2008:59).
Munurut Dahar (Ftriana, 2010:202) penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mampu menerapkan materi kingdom fungi.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak sekolah di SMA Negeri 3  Sumbawa Besar, pada umumnya siswa memiliki kesulitan dalam penguasaan konsep atau teori. Siswa juga cenderung hanya mengetahui teori atau konsepnya namun, mereka kesulitan jika harus menjelaskan hasil dari pembelajaran tersebut, sehingga terkesan siswa memiliki kesulitan untuk dapat menerapkan konsepnya dan susah untuk mengartikan konsep yang dipelajarinya. Untuk itu, dalam proses pembelajaran sangatlah dibutuhkan adanya keseimbangan antara penguasaan konsep dengan kemampuan ketuntasan dalam belajar.
Dalam proses pembelajaran, guru lebih sering menggunakan teknik diskusi maupun ceramah dalam menyampaikan materi, namun setelah kegiatan belajar mengajar berakhir, masih ada siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran dengan baik, dan masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Hal ini dapat menyebabkan perubahan sikap pada siswa itu sendiri, misalnya siswa menjadi tidak senang, malas belajar, serta acuh terhadap pelajaran tersebut, sehingga siswa tidak akan dapat mengembangkan aktivitas belajarnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru harus bekerja lebih keras mencari cara untuk mengoptimalkan kegiatan belajar yang terarah pada tujuan yang diharapkan. Salah satu caranya adalah dengan mencari stategi atau teknik yang cocok untuk pembelajaran tersebut.
Setiap siswa adalah individu yang unik, yang mempunyai tingkat ke mampuan, minat, dan bakat yang berbeda-beda. Guru yang mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi akan dapat menunjukan kepada siswa-siswinya bahwa semua orang mampu mempelajari sesuatu (termasuk materi pelajaran di kelas), walaupun dengan alokasi waktu dan upaya yang berbeda beda. Belajar tuntas ini mengakui  dan mengakomodasi semua siswa dengan berbagai tingkat kemampuan, minat dan bakat tadi asal diberi kondisi belajar yang sesuai.
Mengingat setiap siswa mempunyai kecepatan dan kemampuan yang berbeda-beda, tentunya waktu yang dibutuhkan seorang siswa untuk mencapai tarap penguasaan dalam menguasai suatu keterampilan akan berlainan. Siswa yang mengalami kemajuan yang sangat lambat membutukan perhatian, pengulangan dan pembelajaran ekstra dari guru. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “pengaruh pendekatan belajar tuntas (mastery learning) terhadap penguasaan konsep kingdom fungi pada siswa  kelas X SMA Negeri 3 Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2013/2014”.

1.2. Rumusan Masalah
Merujuk pada urian dalam latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh pendekatan belajar tuntas (mastery learning) terhadap penguasaan konsep kingdom fungi  pada siswa  kelas X SMA Negeri 3 Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2013/2014?




1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendekatan belajar tuntas (mastery learning) terhadap penguasaan konsep kingdom fungi  pada siswa  kelas X SMA negeri 3 sumbawa besar tahun pelajaran 2013/2014.

1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1.                     Manfaat Teorites
Dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dalam pembinaan pelaksanaan pendidikan dengan diterapkannya metode pembelajaran tuntas dalam penguasaan konsep.
Dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang pemilihan metode yang tepat untuk mencapai ketuntasan dalam proses ngajar mengajar yang berdampak pada mutu pendidikan sehingga mampu bersaiang dan menjawab tantangan zaman.
1.4.2.                     Manfaat Praktis
1.4.2.1.  Bagi Siswa
Pembelajaran dengan pendekatan tuntas diharapkan mampu meningkatkan penguasaan konsep kingdom fungi  pada siswa SMA negeri 3 sumbawa besar.
1.4.2.2.  Bagi Guru
Memberi pengalaman dan mendorong guru untuk lebih kreatif dalam memberikan materi kepada siswa melalui sumber belajar yang digunakan.
1.4.2.3.  Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan informasi atau rujukan dalam melakukan penelitian lain yang berkaitan dengan belajar tuntas (mastery learning).

1.5. Definisi Operasional
1.5.1.                     Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Belajar tuntas merupakan pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 2005:193). Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar (Ramayulis, 2005:194).
1.5.2.                     Penguasaan Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata penguasaan diartikan sebagai memahami dan mampu sekali dalam bidang ilmu pengetahuan dan sebagainya (Daryanto, 1997:183). “Pemahaman adalah kemempuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat” (Sudijono, 2008:142). Berdasarkan pengertian tersebut, penguasaan memiliki makna yang serupa dengan pemahaman. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberikan urian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pendapat lain juga menyatakan bahwa penguasaan konsep merupakan tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu menguasai atau memahami arti atau konsep, situasi dan fakta yang diketahu, serta dapat menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak mengubah artinya Purwanto (2006:93).
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun (building block) berpikir. Konsep-konsep dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya.
Menurut Rosser (Dahar, 1989:139) “Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut yang sama”. Karena konsep itu adalah abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman-pengalaman, dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang persis sama, maka konsep yang dibentuk orang mungkin berbeda juga.
“Konsep, prinsip, struktur pengetahuan (termasuk taksonomi dan heararki) dan pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang penting dalam rangka kognitif” (Rustaman, 2003:51). Dengan demikian penguasaan konsep merupakan bagian dari hasil belajar pada ranah kognitif. Secara garis besar, dominan kognitif tersebut meliputi jejang C1-C6. Taksonomi Bloom yang dipakai saat ini untuk mengukur hasil belajar kognitif telah mengalami revisi. Jumblah dan jenis kognitif yang terdapat pada taksonomi lama sama dengan yang terdapat pada taksonomi revisi. Namun pada taksonomi yang baru jenjang C5-C6 mengalami perubahan (Widodo, 2006).
Kemampuan kognitif taksonomi Bloom yang direvisi adalah sebagai berikut : 1. Menghafal (Remember) : Menarik kembali imformasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Katagori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengikat (recalling).2. Memahami (Understand) : Mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Katagori memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), membarikan contoh (exempliying), mengkalisifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), mengembangkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).3. Mengaplikasikan (Applying) : Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Kategori ini mencakup dua macap proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing). 4. Menganalisis (Analyzing) : Menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antara unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (diffferentiating), mengorganisir (organising), dan menemukan pesan tersirat (attributting). 5. Mengevaluasi : Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kreteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing). 6. Membuat (create) : Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu : membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
1.5.3.                     Kingdom Fungi

Materi Kingdom Fungi  merupakan salah satu materi yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dibuat oleh masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (Kunandar, 2008:58).
Kingdom fungi (jamur) merupakan organisme eukariot yang memiliki dinding sel yang tersusun dari kitin dan memiliki nukleat yang banyak. Fungi bersifat kemoorganotrof, karena mendapatkan nutrisi dengan cara mensekresikan enzim ekstraselular yang dapat mencerna senyawa organik kompleks seperti polisakarida dan protein menjadi penyusun monomer, dan kemudian diserap ke dalam sel fungi (Madigan, 2009).
Fungi berbeda dengan tanaman, diantara perbedaannya adalah: (1) Tidak berklorofil; (2) Komposisi dinding sel berbeda, (3) Reproduksi dengan spora, (4) Tidak ada batang, cabang, akar atau daun; (5) Tidak mempunyai system vaskular seperti tanaman; (6) Multiseluler namun tidak mempunyai pembagian fungsi seperti tanaman (Pelczar, 2005).
Fungi berperan di ekosistem sebagai decomposer, hidup dengan mencerna materi organic dari sisa-sisa makhluk hidup seperti sampah daun, kayu tumbang serta jasad organisme yang sudah mati.Fungi juga bisa berperan sebagai parasit, hidup dengan menyerap nutrient dari sel hidup dari organism inang yang mereka serang (Madigan, 2009).
Fungi memiliki habitat yang beragam.Beberapa fungi akuatik, sebagian besar hidup di perairan tawar, ada juga yang hidup di perairan laut.Sebagian besar dari fungi bersifat terrestrial.Mereka hidup di tanah atau tumbuhan yang sudah mati dan memainkan peran yang sangat penting dalam mengurai materi organik.Sebagian besar fungi ada juga yang menjadi parasit bagi tumbuhan, sebagian kecil menjadi agen penyakit bagi hewan. Fungi bukan hanya menjadi parasit bagi tanaman, ada juga yang bersimbiosis dengan akar tanaman, membantunya dalam proses penyerapan mineral dari tanah (Madigan, 2009).
Fungi berkembangbiak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam spora. Macam spora yang terjadi secara vegetatif ialah: (1) Spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok kecil-kecil, masing-masing mempunyai membran inti sendiri; (2) Konidiospora, yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah-belah seperti tasbih; (3) Pada beberapa spesies, bagian-bagian miselium dapat membesar serta berdinding tebal; bagian itu merupakan alat pembiak yang disebut klamidiospora; (4) Jika bagian miselium-miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya, maka bagian-bagian itu disebut artrospora(Natsir, 2003).
Secara umum fungi dapat dibagi menjadi dua kelompok  berdasarkan atas tipe selnya yaitu,fungi bersifat uniselluler yang biasa disebut khamir dan fungi bersifat multiselluler yang biasa disebut kapang (Pelczar, 2005).

1.6. Lingkup Penelitian
1.6.1.                     Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah penggunaan pengaruh pendekatan belajar tuntas (mastery learning) terhadap penguasaan konsep kingdom fungi  pada siswa  kelas X SMA negeri 3 Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2013/2014.
1.6.2.                     Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester I pada mata pelajaran biologi materi kingdom fungi  SMA Negeri 3 Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2013/2014.





BAB II
METODE PENELITIAN

2.1. Teknik Penelitian
Penelitian eksperimen merupakan kegiatan penelitian yang menggunakan suatu perlakuan atau treatment yang bertujuan menilai ada tidaknya pengaruh suatu tindakan bila dibandingkan dengan tindakan yang lain. Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain penelitian quasi eksperimental dengan rancangan posttest only with control group design. Rancangan penelitian menggunakan dua kelompok subjek yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol, kelompok intervensi tersebut diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengamatan. Metode quasi eksperimental dalam penelitian ini dilakukan untuk membuktikan pengaruh pendekatan belajar tuntas (mastery learning) terhadap penguasaan konsep kingdom fungi  pada siswa  kelas X SMA Negeri 3  Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2013/2014
Desain penelitian quasi eksperimental dengan rancangan posttest only with control group design dapat digambarkan sebagai berikut :




Tabel 3.1 Teknik Penelitian
Kelas
Post-test
Perlakuan
Hasil
Kelompok intervensi
X1
W (dengan perlakuan)
O2
Kelompok Kontrol
X3
Y (tanpa perlakuan)
O4

Keterangan:
X1 = Posttest kelompok intervensi
X3 = Posttest  untuk kelompok kontrol
O2 = Hasil Posttest kelompok intervensi
O4 = Hasil Posttest kelompok kontrol                   (Saryono, 2011:78)
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1.    Menggalakan posttest baik untuk kelompok intervensi maupun kelompok kontrol
2.    Menyampaikan materi pembelahan sel yang akan digunakan
3.    Pemberian perlakuan kelompok intervensi dengan metode pembelajaran tuntas dalam penguasan konsep pembelahan sel Mengadakan posttest untuk kelompok intervensi maupun kelompok kontrol  dengan jumlah dan bobot yang sama
4.    Menganalisis data hasil  posttest baik untuk kelompok eksperimen maupun untuk kelompok kontrol untuk menghitung t-tes yang kemudian digunakan dalam menguji hipotesis.
2.2. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan quasi eksperimen.  Dalam penelitian ini peneliti mencoba mencari pengaruh pendekatan belajar tuntas (mastery learning) terhadap penguasaan konsep kingdom fungi  pada siswa  kelas X biologi SMA Negeri 3 Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2013/2014.

2.3. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat     : SMA Negeri 3 Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2013/2014
Waktu      : 1x pertemuan (1x45 menit)

2.4. Populasi dan Sampel Penelitian
2.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, 2006: 130). Sedangkan menurut  Hasan  (2003: 83)  populasi (universe) adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian). Pendapat lain mengatakan Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas  dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008: 80). Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek/subjek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu.
Adapun populasi penelitian ini adalah siswa kelas X biologi  SMA Negeri 3 Sumbawa Besar  Tahun Pelajaran 2013/2014, yang terdiri dari dua  kelas yaitu kelas X-W berjumlah 25 orang dan siswa, kelas X-Y  berjumlah 23 orang siswa, sehingga jumlah keseluruhan populasi dalam penelitian ini adalah 48 orang siswa.
2.4.2.      Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap mewakili populasi (Hasan, 2003:83). Pendapat lain menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008: 81). Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian atau wakil dari jumlah populasi sebagai sasaran penelitian.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel cluster sample (sampel kelompok), teknik ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas kelompok tertentu ( Suharsimi, 2006:141). Adapun sampel dalam penelitian ini yaitu masing-masing diambil dari kelas X-W yang berjumlah 25 orang dan kelas X-Y yang berjumlah 23 orang, kedua kelas ini memiliki kemampuan yang sama, sehingga jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 48 orang siswa.

2.5.            Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ilmiah banyak metode atau teknik pengumpulan data yang dapat dipergunakan diantaranya metode tes, angket, observasi, wawancara, pencatatan dokumen dan lain-lain. Sehubungan dengan penelitian ini maka peneliti menetapkan metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode tes.
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. (Suharsimi, 1996: 29). Tes yang digunakan dalam penelitian ini befungsi untuk mengukur atau membedakan pengetahuan dan tingkat intelektual yang dimiliki siswa pada materi  kingdom fungi dengan menggunakan mastery learning terhadap penguasaan konsep.

2.6.      Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi, 2002: 136). Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan adalah tes.
Ada dua bentuk tes yang biasa digunakan untuk melakukan penilaian yaitu tes subyektif  dan tes obyektif. Tes obyektif dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu tes benar salah (true-false), tes pilihan ganda (multiple choice test), dan menjodohkan (matching tes).
Dalam penelitian ini, perneliti menggunakan tes obyektif  yang berupa pilihan ganda (multiple choice test). Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa pilihan jawaban yang telah disediakan. Pilihan jawaban ini terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh. Untuk menentukan perbandingan prestasi siswa, maka dapat ditentukan dengan membandingkan jumlah skor yang diperoleh siswa ketika menjawab soal. Adapun jumlah item soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 25 item. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 3.2: Kisi-kisi Instrumen
No
Sub Pokok Bahasan
Indikator
Indikator Soal
No. Soal
1
Kingdom Fungi (Jamur)
Mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur tubuh fungi, menjelaskan perkembang biakan fungi dan  dan Kalasifikasi fungi.
Mendiskripsikan ciri-ciri struktur tubuh fungi
1, 6, 13, 14
Menjelakan Proses perkembangbiakan fungi
2, 9, 15
Mengklasifikasikan jenis-jenis fungi
3, 4, 5, 8, 16, 17, 18, 19, 20
2

Peranannya Kingdom Fungi Dalam kehidupan
Menjelaskan perana fungi yang menguntungkan dan merugikan bagi kehidupan serta  cara simbiosis fungi
Menjelaskan fungi  yang menguntungkan dan merugikan
7, 10, 11, 22, 24
Cara simbiosis fungi
8, 12, 21, 23

2.7.      Analisis Data
Data yang diperoleh dari suatu penelitian perlu diolah karena masih merupakan data mentah. Untuk mengelolah data tersebut, diperlukan suatu metode pengolahan data yang benar-benar akurat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik. Metode analisis statistik ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan yaitu pengaruh pendekatan belajar tuntas (mastery learning) terhadapa penguasaan konsep kingdom fungi pada siswa kelas X SMA negeri 3 Sumbawa Besar.
Untuk menguji hipotesis ini, maka digunakan rumus statistik yaitu rumus t-test sebagai berikut:



 
 



Keterangan:
X1       = Nilai rata-rata hasil kelas pertama
 S12               = Standar deviasi kelas pertama
        S22              = Standar deviasi kelas kedua
n1                 = Banyaknya subjek kelas pertama
n2                 = Banyaknya subjek kelas kedua (Sugiyono, 2008:197)









 

DAFTAR PUSTAKA


Asri, H. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Depdiknas Jakarta: Balai Pustaka.

Arikiunto, Suharsimi. 1996.  Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Block, J.H dan Burns, R.B (2006). “Mastery LearningReview of Research in Education. 4, 3-49.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung: erlangga.

Fitriana, A. (2010). Pengaruh E. Book Bermultime Median Terhadap Penguasaan Konsep Dan Lingkungan Pembelajaran Siswa SMA Pada Sub Konsep Ciri-ciri Mahlik Hidup. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Guskey, T. R. (2007). Closing Achlevement Gaps: Reviliting Benjamin S. Bloom’s “Learning For Mastery”. Jurnal of Advanced Academics, 19, 8-31.

Hernawan, A. (2008). Makna Ketuntasan Dalam Belajar. Majalah Ilmiah Pembelajaran. 4.(2).

Herman, (1980). Pengantar Penelitian Ilmiah Metode Teknik. Bandung: Tarsito

Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-pokok Materi Statiatik 2 (statistic inferensial). Jakarta : PT Bumi Aksara.

Kunandar. (2008). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara.


Purwanto, M. N. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Riyanto. (2008). Belajar Mudah Penelitian Bandung: Alfabeta.
Rustaman et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jurusan Pendidikan Biologi: Tidak diterbitkan.

Sargono, A. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : PT Raja Grafindo

Sudrajat, A. (2009). Pembelajaran Tuntas dalam KTSP. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.woorpreess.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-matery-learning-dalam-ktsp/[06 Februari 2011]

Sugiyono, A. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta:
PT Renika Cipta.

Sudjino, M. (2005). Biologi Kelas X. Sunda: PT Kelapa Pustaka.

Titikusuma. E. (2008). Mastery Learning (Belajar Tuntas). [Online]. Tersedia: http://enititikusuma.blogspot.com/2008/07/mastery-learning.html[07] Februari 2011].

Tony. (2009). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui Pendekatan Belajar Tuntas (Mastery Learning). Skripsi: tidak diterbitkan.

Trianto, L. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom Dan Pengembangan Butir Soal. Bulitin Puspendik. 3(2), 18-19.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar