BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dunia
pendidikan dalam kiprahnya pengembangan sumber daya manusia tentunya harus peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dan dipandang
perlu melakukan reorientasi bentuk-bentuk peran yang bisa disumbangkan agar
mampu menghasilkan manusia-manusia yang siap menghadapi berbagai tantangan
global sehingga tidak menjadi beban bagi manusia lain. Reorientasi dalam bidang
penidikan antara lain reorientasi program yaitu melalui peningkatan kemampuan
dalam pembobotan kurikulum mutu tenaga pengajar dan tekhnik pembeelajaran
sebagi upaya peningktan kualitas hasil belajar. Reorientasi tersebut akhirnya
diharapkan mampu sumber daya manusia yang memiliki sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang memadai.
Pelajaran
ilmu pengetahuan sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar program
pengajaran diartikan sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari
pengalaman dari serangkaian proses.
Selain
itu, pelajaran sains yang mencakup kajian biologi, fisika, dan kimia merupakan
program untuk menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai-nilai
pada siswa. (Rustam, 1997:8)
Ilmu
biologi adalah bagian dari sains yang mengandung dua aspek yang tidak dapat
dipisahkan yaitu proses dan produk sains. Proses sains adalah bagaimana isi
ilmu pengetshuan tersebut diperoleh sedangkan produk dapat diartika apa yang
terdapat dalam IPA meliputi fakta, konsep dan prinsip. (Nur, 1996:9)
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Apa pengertian
pendidikan Sains?
2.
Apa hakekat belajar
sains?
3.
Bagaimana metode
belajar sains?
4.
Bagaimana pendekatan
belajar sains?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan yang dapat dikemukakan dalam makalah
ini sebagai berikut?
1. Untuk
mengetahui pengertian sains
2. Untuk
mengetahui hakekat belajar sains
3. Untuk
mengetahui metode belajar sains
4. Untuk mengetahui pendekatan dalam belajar sains
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
SAINS
Istilah
sains berasal dari bahasa latin yaitu scientia yang berarti pengetahuan. Dalam
arti sempit sains adalah disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences
(ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences
adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorology, dan
fisika, sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoology,
sitologi, embriologi, mikrobiologi).
Pengertian
istilah sains secara khusus yaitu sebagai Ilmu Pengetahuan Alam yang sangat
beragam. Carin dan Sund (1993) dalam Puskur-Depdiknas (2006) mendefinisikan
sains sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku
umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Dari
uraian diatas dapat disimupulkan bahwa sains didefinisikan sebagai pengetahuan
yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan
deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat
dipercaya.
2.2 Hakekat Belajar Sains
Sains
berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan
pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak
habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta
mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan
lahirlah sifat terapannya yang bersemboyan " Sains hari ini adalah
teknologi hari esok".
Sains
membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal
ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) bahwa
sains merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan
yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan
dari hasil obervasi dan eksperimen.
Untuk
membahas hakikat sains ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menurut Hardy dan Fleer (1996) sehingga dapat
memahami sains dalam perspektif yang lebih luas, yaitu:
1. Sains
sebagai Kumpulan Pengetahuan (body of knowledge)
Sains
sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep sains yang
sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang
telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang baru.
Pengetahuan tersebut berupa fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang
menjelaskan tentang alam.
2.
Sains sebagai Suatu
Proses
Sains
sebagai suatu proses penelusuran umunnya merupakan suatu pandangan yang
menghubungkan gambaran sains yang berkaitan erat dengan kegiatan laboratorium
beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin
yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nilai dari kegiatan
pengamatan, inferensi, hipotesis, dan percobaan dalam alam. Ilmuwan memberikan
berbagai gagasan yang melibatkan proses metode ilmiah dalam melakukan
kegiatannya. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang
ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari
penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik
yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk
kuantitas.
Ilmu alam
mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu
alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang
keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Matematika tidak
dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia
alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah
ilmu alam juga digunakan untuk mengenali "ilmu" sebagai disiplin yang
mengikuti metode ilmiah, berbeda
dengan filsafat alam. Di
sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (biasa
disingkat IPA). Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya
yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti. Di samping penggunaan
secara tradisional di atas, saat ini istilah "ilmu alam" kadang
digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari
sudut ini, "ilmu alam" dapat menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat
dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik (terkait
dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang
mendasari alam semesta).
3.
Sains sebagai Kumpulan
Nilai
Sains
sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan sains sebagai proses.
Bagaimanapun juga pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat
dalam sains. Ini termasuk didalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan
keterbukaan akan berbagai fenomena yang baru sekalipun.
4.
Sains sebagai suatu
cara Untuk Mengenal Dunia
Proses
sains dipengaruhi oleh cara di mana orang memahami kehidupan dan dunia di
sekitarnya. Sains dipertimbangkan sebagai suatu cara dimana manusia mengerti
dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka.
Sains
tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja. Cain & Evans (Nuryani Y.
Rustaman, dkk. 2003: 88) menyatakan sains mengandung empat hal, yaitu: konten
atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi. Jika sains mengandung
empat hal tersebut, maka ketika belajar sains pun siswa perlu mengalami keempat
hal tersebut.
Dalam
pembelajaran sains, siswa tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga harus
belajar aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar
memahami sains secara utuh. Sejalan dengan pemikiran tersebut, pembelajaran
sains merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang
dilakukan pada siswa sebagaimana yang dikemukakan National Science Educationa.
Standart (1996: 20) bahwa ”Learning science is an active process. Learning
science is something student to do, not something that is done to them”. Dengan
demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang
terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya
mencakup aktivitas hands-on tetapi juga minds-on.
Sains
memiliki karakteristik yang khas yaitu sains ditempuh melalui berbagai proses
penyelidikan secara berkelanjutan, yang berkontribusi dengan berbagai cara
untuk membentuk sistem yang unik. System yang unik dimaksud adalah metode
ilmiah pada sains yang sistematik dan terarah yaitu dimulai dari menemukan masalah,
kemudian mengidentifikasi masalah tersebut, dilanjutkan dengan merumuskan
masalah, selanjutnya mebuat hipotesa atas rumusan tersebut, kemudian hipotesa
ini di uji melalui ekperimen mau pun cara lainnya, dan terakhir menarik
kesimpulan apa hipotesa yang dibuat di terma atau ditolak.
2.3
Metode
Belajar Sains
Umumnya
metode yang digunakan dalam sains disesuaikan dengan karakteristik materi,
situasi dan kondisi peserta didik serta sarana dan prasarana pendidikan yang
ada.
Adapun
ragam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains antara lain dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Metode Eksperimen
Metode
eksperimen banyak digunakan dalam pengajaran sains. Dalam metode ini mengajar dikembangkan
melalui pengembangan suatu percobaan tentang sesuatu aspek pengetahuan yang
perlu diverifikasi atau diuji. Langkah-langkah umum metode eksperimen meliputi
sebgai berikut. a) Memilih suatu masalah dan merumuskannya. b) Mengumpulkan dan
menyusun materi dan informasi sebagai bahan eksperimen. c) membuat hipotesis.
d) Melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis. e) Membuat kesimpulan. Metode
eksperimen memiliki manfaat sebagai berikut. a) Menumbuhkan kesanggupan
menguasai data atau factor-faktor tertentu dalam ikatan proses tertentu. b)
Membina kesanggupan untuk membuktikan sesuatu pendapat atau hipotesis. c)
Terhindar dari situasi yang bersifat verbalistik.
Beberapa
pedoman pelaksanaan metode eksperimen sebagai berikut. a) Tumbuhkan minat akan
topik yang akan dibuat eksperimennya. b) Usahakan supaya setiap langkah yang
dibuat dapat dimengerti dengan jelas oleh mahasiswa. c) Usahakan supaya waktu
untuk penyelengaraan eksperimen tidak terlampau lama hingga menimbulkan
kebosanan. d) Adakanlah suatu diskusi pendek tentang eksperimen yang baru
dilakukan sebelum mengambil sesuatu kesimpulan.
2. Metode Diskusi
Metode
diskusi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan-bahan pembelajaran
dalam bentuk masalah-masalah yang harus dipecahkan oleh mahasiswa dan dosennya.
Dalam metode ini dibahas suatu masalah dan diungkap berbagai kemungkinan
pemecahan atau jalan keluarnya. Metode diskusi biasanya dilaksanakan melalui
langkah-langkah sebagai berikut. a) Memilih dan menetapkan suatu materi atau
masalah yang pantas untuk didiskusikan. Masalah yang dipilih harus memungkinkan
timbulnya beberapa pendapat, harus ada dalam batas-batas kemampuan mahasiswa pemecahannya.
b) Pengajar sebagai fasilitator atau pembimbing diskusi memberikan
penjelasan-penjelasan tentang masalah yang dijadikan pokok diskusi, sebab-sebab
perlunya didiskusikan, dan tujuan yang ingin dicapai dari diskusi tersebut. c)
Setelah peseta diskusi memahami duduknya masalah, maka para mahasiswa diberikan
kesempatan untuk mengeukakan pendapatnya masing-masing. d) Pemimpin diskusi
(dosen atau kelompok mahasiswa) harus mampu mengatur giliran mengemukakan
pendapat dari peserta dengan tertib dan mengarahkan pembicaraan. e) Pimpinan
diskusi harus menghimpun persamaan-persamaan pendapat dari para peserta
diskusi, titik-titik perbedaannya dan akhirnya membuat suatu kesimpulan sebagai
akhir dari diskusi.
Metode
diskusi merupakan metode yang baik untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai
berikut. a) Untuk melatih kemampuan mengeluarkan pendapat tentang suatu
masalah, mempertahankan pendapat, dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian
pendapat dengan yang lain atas dasar tukar pikiran yang sehat. b)Melatih
kemampuan berpikir bersama, membina kesanggupan memberikan pendapat, dan
menerima serta menghargai pendapat orang lain. c) Melatih mengunakan
pengetahuan guna memecaka suatu masalah. Metode diskusi dapat dilaksanakan
secara efektif antara lain melalui hal sebagai berikut. a) Usahakan masalah
yang didiskusikan menarik bagi semua peserta dan megundang berbagai jawaban. b)
Usahakan semua peserta dapat urun pendapat dan mempertahankan pendapatnya. c)
persiapkan tempat diskusi yang memungkinkan setiap peserta dapat berhadapan dan
peserta merasa sama kedudukan dan hak-haknya. d) Usahakan kesimpulan yang
diambil tepat dan menghargai pendapat semua peserta.
3.
Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi merupakan metode mengajar yang berusaha untuk mengkombinasikan
cara-cara penjelasan lisan seperti metode ceramah dengan perbuatan yang
berusaha membuktikan atau memperagakan dengan alat apa yang dijelaskan secara
lisan. Dalam metode demonstrasi ada tiga hal yang ditonjolkan, yaitu jenis
pekerjaan atau keterampilan, cara pengerjaan, dan alat-alat untuk
pengerjaannya.
Hal-hal
yang perlu ditempuh dalam demonstrasi antara lain: a) Menentukan program
demonstrasi yang akan dilakukan, dan memahami serta mencoba program tersebut
sematang mungkin. b) Sampaikan pokok-pokok dari kegiatan demonstrasi tersebut,
dan apa tujuannya. c) Siapkan peralatan yang akan diperlukan sebaik dan
semenarik mungkin. d) Lakukan demonstrasi sebaik mungkin sesuai dengan daya
tangkap dan daya ingat peserta. e) Adakan evaluasi pada hasil demonstrasi
melalui suatu diskusi pendek.
Manfaat
yang bisa diambil dari pembeljaran dengan metode diskusi antara lain sebagai
berikut: a) Menghindari verbalistik. b) Memberi kesempatan kepada peserta untuk
mengamati sendiri atau melakukan sendiri sehingga dapat meningkatkan
keterampilan. c) Dapat lebih meningkatkan daya ingat, karena dalam demonstrasi
ada unsur ceramah, eksperimen, dan diskusi.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi antara lain: a) Ciptakan
demonstrasi sejelas dan semenarik mungkin. b) Upayakan dengan demonstrasi
tersebut peserta dapat mengikutinya. c) Gunakan waktu demonstrasi tersebut
seefisien mungkin sehingga tidak membuat peserta bosan. d) Lakukan diskusi
pendek sehingga kita dapat mengevaluasi keberhasilan dari demonstrasi tersebut.
2.4
Pendekatan
dalam Belajar Sains
Pedekatan
apapun yang digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sains, sudah
semestinya mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Pendekatan yang relevan
dengan pembelajaran sains antara lain pendekatan tujuan, pendekatan konsep,
pendekatan inkuiri, pendekatan keterampilan proses.
1.
Pendekatan Tujuan
Pendekatan
tujuan berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Dengan pendekatan ini
berarti semua komponen pembelajaran ditata dan diarahkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Penggunaan pendekatan tujuan meminta guru mengetahui
dengan jelas tujuan yang harus dicapai siswa setelah selesai pembelajaran.
Sebagai contoh, bila dalam tujuan pembelajaran tertera agar mahasiswa dapat
merencanakan, melakukan, dan melaporkan praktikum, maka dosen harus merancang pembelajaran
sedemikian rupa, sehingga pada akhir pembelajaran mahasiswa harus mencapai
tujuan tersebut yakni mampu merencanakan, melaksankan, dan melaporkan praktikum.
Dalam kurikulum formal di Indonesia, pendekatan ini digunakan sejak kurikulum
1975. Sebenarnya pendekatan ini bersifat umum, karena ketika dosen merencanakan
pendekatan lainnya, pendekatan tersebut juga dirancang tidak lain untuk
mencapai tujuan.
2.
Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang
bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk
mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Pendekatan
keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan
teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri.
Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti
yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak
bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan. Pembelajaran dengan
pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan maksud karena IPA merupakan
alat yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa. Kepribadian
yang berkembang merupakan prasyarat untuk melangkah ke profesi apapun yang
diminati siswa (Popy dkk, 2009:1).
Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat
keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah.
Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen
yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian (Popy dkk,
2009:2).
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran,
nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil
tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian Pendekatan Keterampilan Proses adalah perlakuan yang
diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan
memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan
memperoleh pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan olah pikir (psikis)
atau kemampuan olah perbuatan (fisik) (Popy dkk, 2009:2).
Untuk mengajarkan keterampilan proses, siswa
benar-benar melakukan pengamatan, pengukuran, pemanipulasian variabel dan
sebagainya. Ringkasnya,siswa bertindak sebagai ilmuwan. Oleh karena itu
pendekatan ini lebih banyak melibatkan siswa dengan obyek-obyek konkrit, yaitu
siswa aktif berbuat. Pendekatan keterampilan proses memberi siswa
pemahaman yang valid tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan
sains dan dapat lebih baik memahami fakta-fakta dan konsep-konsep. Siswa
diberi kesempatan untuk belajar sambil berbuat, menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek
penting kecakapan hidup (Trianto: 2010).
Pendekatan keterampilan proses menekankan bagaimana
siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga mudah dipahami dan
digunakan dalam kehidupan di masyarakat. Dalam proses pembelajaran diusahakan
agar siswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan sendiri, melakukan
penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan-kemampuan intelektualnya, dan merangsang
keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuannya untuk meningkatkan
pengetahuannya yang baru diperolehnya. Dengan mengembangkan
keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan anak akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan
sikap ilmiah dan nilai yang dituntut. Dengan demikian,
keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan
fakta dan konsep (Trianto: 2010)
Langkah-langkah pelaksanaan keterampilan proses antara
lain: (Trianto, 2010:144)
1.
Mengamati, keterampilan mengumpulkan
data atau informasi melalui penerapan dengan indera.
2.
Menggolongkan (mengklasifikasikan),
yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai atau
kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau persamaan atau
perbedaan antara benda, kenyataan atau konsep sebagai dasar penggolongan.
3.
Menafsirkan (menginterpretasikan),
yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa
konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, penelitian
atau eksperimen.
4.
Meramalkan, yaitu mengantisipasi
atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang
berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar
data atau informasi. Misalnya berdasarkan pengalaman tentang keadaan cuaca
sebelumnya, apabila mendung pasti akan terjadi hujan atau sebaliknya. Siswa
dapat meramalkan keadaan cuaca yang akan terjadi. Meramal tidak sama dengan
menebak. Menebak adalah memperkirakan suatu hal tanpa berdasarkan data atau
informasi yang ada.
5.
Menerapkan, yaitu menggunakan hasil
belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hokum, teori dan keterampilan.
Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan
atau dihayati.
6.
Merencanakan penelitian, yaitu
keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil-tidaknya penelitian.
Keterampilan ini perlu dilatih, Karena selama ini pada umumnya kurang
diperhatikan dan kurang terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah atau objek
yang akan diteliti, tujuan dan ruang lingkup penelitian, sumber data atau
informasi, cara analisis, alat dan bahan atau sumber kepustakaan yang
diperlukan. Jumlah orang yang terlibat, langkah-langkah pengumpulan dan
pengolahan data atau informasi, serta tata cara melakukan penelitian.
7.
Mengkomunikasikan,
yaitu menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk
tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan.
3.
Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui
pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran
tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa
metode siswa dibimbing untuk memahami konsep. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode
pembelajaran/).
4. Pendekatan
Inkuiri
Inkuiri dalam bahasa Inggris, inquiry
berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri dapat diartikan
sebagai proses yang ditempuh manusia untuk mendapatkan informasi atau untuk
memecahkan permasalahan. Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak peserta didik terlibat langsung
ke dalam proses ilmah pada waktu yang relatif singkat.
Inkuiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman yang diawali dengan pertanyaan yang muncul dari pengamatan (Direktorat PSMP, 2008). Collete (1994) menjelaskan inkuiri dapat dipandang sebagai dua cara dalam pembelajaran sains, yaitu teaching science as inquiry dan teaching science through inquiry. Teaching science as inquiry mengharuskan guru untuk memahami sifat dasar dari sains dan bagaimana pengetahuan diperoleh.
Teaching science through inquiry mengarah pada keterampilan dan strategi. Metode ini sering diintergrasikan ke dalam proses pembelajaran untuk mendorong pembelajar melalui kegiatan-kegiatan berikut : bertanya, keterampilan proses sains, aktivitas induktif, aktivitas deduktif, mengumpulkan informasi dan menyelesaikan masalah.Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah suatu proses untuk memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri pengetahuannya.
Inkuiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman yang diawali dengan pertanyaan yang muncul dari pengamatan (Direktorat PSMP, 2008). Collete (1994) menjelaskan inkuiri dapat dipandang sebagai dua cara dalam pembelajaran sains, yaitu teaching science as inquiry dan teaching science through inquiry. Teaching science as inquiry mengharuskan guru untuk memahami sifat dasar dari sains dan bagaimana pengetahuan diperoleh.
Teaching science through inquiry mengarah pada keterampilan dan strategi. Metode ini sering diintergrasikan ke dalam proses pembelajaran untuk mendorong pembelajar melalui kegiatan-kegiatan berikut : bertanya, keterampilan proses sains, aktivitas induktif, aktivitas deduktif, mengumpulkan informasi dan menyelesaikan masalah.Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah suatu proses untuk memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri pengetahuannya.
Sudjana (1989) menyatakan,
ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu:
merumuskan masalah, menetapkan jawaban sementara (hipotesis), mencari
informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau
permasalahan, menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, mengaplikasikan
kesimpulan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimuplakn bahwa
sains didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data
dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan
tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Carin dan Sund (1993) dalam
Puskur-Depdiknas (2006) mendefinisikan sains sebagai “pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa
kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Pada hakikatnya sains meliputi empat unsur
utama yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Tujuan pembelajaran sains
adalah siswa memiliki tiga kemampuan dasar IPA, yaitu: (1) kemampuan untuk
mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum
terjadi, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3)
dikembangkannya sikap ilmiah.
Setelah adanya hakekat dalam melakukan suatu
tindakan maka pasti akan muncul metode-metode, metode yang digunakan dalam
belajar sains ini antara lain metode eksperimen, metode diskusi, metode demonstrasi. Sedangkan pendekatan yang
digunakan dalam belajar sains antara lain pendekatan konsep, pendekatan tujuan,
pendekatan inkuiri dan pendekatan ketrampilan proses.
3.2
Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
untuk memotivasi kami dalam membuat masalah berikutnya.