1.
ABNORMALITAS/KELAINAN KROMOSOM
A. Kelainan Kromosom
Di
dalam nukleus kebanyakan mahluk hidup terdapat benda-benda halus berbentuk
lurus seperti batang atau bengkok dan terdiri dari zat yang mudah mengikat
warna yang biasa disebut dengan kromosom dan zat yang menyusunnya disebut
dengan kromatin. Menurut Benden dan Boveri (1887) dalam Suryo (1986:6)
banyaknya kromososm di dalam nukleus dari mahluk hidup yang berbeda adalah berlainan
dan jumlahnya untuk tiap mahluk hidup adalah konstan selama mahluk itu hidup.
Pada manusia yang merupakan mahluk eukaryotik memiliki 46 kromosom yang
terbagi ke dalam 2 tipe :
1.
Kromosom Autosom, ialah kromosm yang tidak ada
hubungannya dengan penentuan jenis kelamin atau bisa juga disebut kromosom
somatik. Berjumlah 22pasang.
2.
Kromosom Seks, ialah sepasang kromosom yang menentukan
jenis kelamin. Berjumlah satu pasang, bisa XX untuk jenis kelamin perempuan dan
XY untuk jenis kelamin laki-laki.
Seperti
diketahui, kebanyakan mahluk hidup bersifat dipoid (2n) sehingga selama
pembentukkan gamet-gamet (gametogenesis) berlangsunglah meiosis (pembelahan
reduksi). Pasangan kromosom dalam sel induk gametangium dalam keadaan normal
akan memisah sehingga gamet memiliki separoh dari jumlah kromosom yang dimiliki
individu. Namun peristiwa ini tidak selamanya terjadi, terkadang terjadi
kelainan pada saat peristiwa pemisahan atau pada saat berlangsungnya pindah
silang. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya kelainan pada kromosom yang biasa
disebut dengan aberasi kromosom. Menurut Kimball (1991:239) kelainan atau
aberasi kromosom ini terbagi menjadi 2 golongan besar :
1. Aberasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom
Dalam keadaan normal jumlah kroosom yang dimiliki suatu individu adalah stabil, tidak mudah berubah. Akan tetapi oleh karena adanya kelainan seperti nondisjuction atau karena induksi yang sengaja diperlukan seperti perlakuan dengan menggunakan zat kimia tertentu, maka jumlah romosom dapat berubah. Contoh peristiwa ini adalah : aneuploidi ( Sindroma Down, sindroma Edward, sindroma Patau, sindroma Klinefelter dll) dan euploidi.
2. Aberasi kromosom yang terjadi karena perubahan struktur kromosom.
1. Aberasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom
Dalam keadaan normal jumlah kroosom yang dimiliki suatu individu adalah stabil, tidak mudah berubah. Akan tetapi oleh karena adanya kelainan seperti nondisjuction atau karena induksi yang sengaja diperlukan seperti perlakuan dengan menggunakan zat kimia tertentu, maka jumlah romosom dapat berubah. Contoh peristiwa ini adalah : aneuploidi ( Sindroma Down, sindroma Edward, sindroma Patau, sindroma Klinefelter dll) dan euploidi.
2. Aberasi kromosom yang terjadi karena perubahan struktur kromosom.
Perubahan
struktur kromosom biasanya terjadi akibat penggunaan sinar yang cukup kuat,
seperti sinar X, sianar ultraviolet (UV) atau dengan radiasi ionisasi. Akibat
perlakuan dengan sinar yang kuat, maka kromosom akan patah. Di bagian yang
patah itu terjadi luka, sehingga bagian yang luka itu tidak mempunyai telomer.
Karena telomer yang fungsi biasanya menghalang-halangi kromosom-kromosom
bersambungan pada ujungnya tidak ada, maka potongan kromosom yang patah tadi
kini dapat bersambungan dengan potongan kromosom lainnya. Akibatnya terjadilah
mutasi kromosom pada individu
B. Down Syndrome
1. Sejarah Down Syndrome
Pada tahun 1866 seorang dokter bernama John Langdon Down mempublikasikan
tulisannya (essay) di Inngris, dimana dalam tulisannya tersebut menggambarkan
secara umum adanya perbedaan penampakkan yang nyata antara anak yang mengalami
keterbelakangan mental (mental retardation) dengan anak lainnya (normal). Ia
melihat anak yang memiliki keterbelakangan mental tadi memiliki ciri-ciri yang
aneh seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang
datar menyerupai orang mongolia sehingga ia menamakan kelainan Mongoloid.Untuk
menghindari ketersinggungan bangsa Mongol maka sekitar tahun 1970-an para ahli
Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut
dengan merujuk penemu pertama kali syndrome ini dengan istilah Down Syndrome
dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama, namun di Inggris
atau Eropa terkadang hanya menyebut dengan istilah Down’s saja. (www.potads.com
)
2. Definisi
Tidak ada
definisi yang tepat mengenai kelainan ini tetapi saya mencoba untuk
mendefinisikannya sendiri. Down Syndrome yaitu suatu keadaan keterbelakangan
mental yang diakibatkan oleh abnormalitas perkembangan kromosom. Walaupun ada
beberapa situs yang mendifinisikan penyebabnya secara spesifik, misalnya down
syndrome adalah keadaan dimana kromosom gagal berpisah (nondisjuction) sehingga
menyebabkan adanya tambahan kromosom (triplet) pada kromosom nomor
21(www.epilepsyontario.org ). Mengapa definisi ini belum ada yang tepat karena
pada penelitian terakhir dari John Hopkins Medical Institution (JHMI) berhasil
menemukan bahwa ternyata down syndrome terjadi karena hal yang lebih kompleks
bukan hanya area genetik saja yang berperan seperti telah diasumsikan sebelumnya
selama 30 tahun ini (www.freedomofme.multiply.com ). Namun tetap saja definisi
yang tetap dan tepat belum bisa diungkapkan walupun JHMI telah mengungkapkan
hasil penelitiannya yang masih tanda tanya pula.
3. Manifestasi Klinik Down
Syndrome
Manifestasi klinis yang paling jelas pada anak yang menderita Down
Syndrome adalah adanya keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada anak.
Pada wajah, yang paling khas adalah bentuk mata yang miring dan tidak punya
lipatan di kelopak. Selain itu, hidung cendrung lebih kecil dan datar. Tak
jarang pula diikuti dengan saluran pernapasan yang kecil pula, sehingga sering
kesulitan dalam bernapas. Ukuran mulut sering lebih kecil dengan lidah tebal
dan pangkal mulut yang cenderung dangkal. Disamping itu, otot mulut juga kerap
lemah, sehingga menghambat kemampuan berbicara. Pertumbuhan gigi geligi lambat
dan tak tumbuh beraturan sehingga berpengaruh kepada pertumbuhan gigi permanen.
Letak telinga rendah dengan ukuran kanal telinga kecil, sehingga mudah
terserang infeksi. Rambut lemas, tipis, dan jarang serta kecendrungan bentuk
kepala yang pipih.(Goestiani,2008)
Selain dari tampilan wajah penderita down syndrome dapat diamati dari
anggota tubuh lain, seperti tangan dan kaki. Tangan biasanya kecil dengan
jari-jari yang pendek dan kelingking yang bengkok. Bila pada kelngking orang
normal memiliki 3 ruas tulan, maka pada penderita DS ruas kedua jari kelingking
mereka terkadang tumbuh miring atau bahkan tidak ada sama sekali. Di telapak
tangan terdapat garis melintang yang disebut simian crease. Garis tersebut
terdapat juga di kaki, yaitu diantara telunjuk dan ibu jari yang jaraknya
cenderung lebih jauh dari pada kaki yang normal. Keadaan ibu jari dan telunjuk
yang berjauhan disebut juga dengan sandal foot (Goestiani,2008)
Penderita Down Syndrome cenderung periang, senang, bersahabat dan gemar
musik, tetapi seperti anak normal mereka dapat memperlihatkan suatu rentang
atribut kepribadian. Pada masa remaja,perkembangan seksual biasanya terhambat atau
tidak lengkap.(Anonim,2008)
4. Penyebab Down Syndrome
Tubuh manusia memiliki milyaran sel yang memiliki pusat informasi genetik
di kromosom. Normalnya manusia mempunyai 23 pasang kromosom sehingga total
berjumlah 46 buah kromosom. Pada anak DOWN SYNDROME kromosom nomor 21 berjumlah
tiga dimana seharusnya berjumlah dua sehingga total menjadi 47 buah kromosom
dan biasa disebut Trisomi 21. Jumlah kromosom yang berlebihan itulah yang
mengakibatkan terjadinya kegoncangan pada sistem metabolisme sel yang akhirnya
memunculkan DOWN SYNDROME. Penderita Down Syndrome dapat laki-laki ataupun
perempuan sehingga formula kromosomnya dapat ditulis sebagai berikut (Suryo,1996:260):
a. untuk penderita laki-laki = 47,XY, + 21
b. untuk penderita perempuan = 47, XX, + 21
Cara penulisan +21 berarti ada kelebihan pada autosom nomor 21
a. untuk penderita laki-laki = 47,XY, + 21
b. untuk penderita perempuan = 47, XX, + 21
Cara penulisan +21 berarti ada kelebihan pada autosom nomor 21
DOWN SYNDROME bukan penyakit menular dan bukan penyakit keturunan.
Anggapan bahwa DOWN SYNDROME hanya akan terjadi pada usia ibu yang pada saat
hamil berusia diatas 35 saat ini telah dipatahkan karena setelah diteliti lebih
lanjut ternyata DOWN SYNDROME bisa terjadi pada ibu yang mengandung pada usia
di bawah 35 thn. Juga anggapan bahwa DOWN SYNDROME terjadi karena kekurangan
gizi (golongan tidak berpunya) juga dipatahkan karena DOWN SYNDROME tidak
mengenal strata sosial, seorang ibu yang menjaga kehamilan dengan baik
sekalipun sang bayi yg dikandungnya bisa terkena DOWN SYNDROME. Kesalahan
pengandaan kromosom nomor 21 tersebut bukan karena penyimpangan perilaku orang
tua ataupun pengaruh pencemaran lingkungan. Ketidakjelasan penyebab pasti itu
membuat faktor penyebab DOWN SYNDROME hingga saat ini belum terobati dan tak
tercegah. (www.ceritamamaayu.blogspot.com
)
Secara umum terdapat 3 penyebab terjadinya down syndrome (www.ds-health.com)
:
1. Non-disjuction (ND)
Non-disjuction atau biasa disebut dengan
gagal memisah. Kadang-kadang diwaktu meiosis selama pembentukan sel-sel
kelamin, sepasang kromosom kelamin tidak memisahkan diri, melainkan tetap
berkumpul. Andaikan peristiwa ini terjadi selama oogenesis, maka terbentuklah 2
macam ovum, yaitu ovum yang memiliki dua kromosom X dan sebuah lainnya yang
hanya mengandung autosom saja tanpa kromosom X. Non-disjuction merupakan
penyebab terbanyak dari down syndrome, yaitu sekitar 95% dari semua kasus down
syndrome.Dan menurut penelitian 90% kasus Non-disjuction berasal dari sel ibu.
Hal ini dibenarkan oleh Suryo (1996:265) yang menyatakan bahwa lahirnya anak
down syndrome berhubungan erat dengan umur ibu.
Sampai sekarang belum diketahui dengan
pasti mengapa ND bisa terjadi namun kuat dugaan penyebab ND berhubugan dengan
umur ibu.
1. Translocation (Translokasi)
1. Translocation (Translokasi)
Translokasi ialah peristiwa terjadinya
perubahan struktur kromosom disebabkan karena suatu potongan kromosom
bersambungan dengan potongan kromosom lainnya yang bukan homolognya. Pada down
syndrome translokasi, lengan panjang dari autosom nomor 21 melekat pada autosom
lain, kadang-kadang dengan autosom nomor 15 tetapi lebih sering dengan autosom
nomor 14 (Suryo,1996:264). Dengan demikian individu yang menderita down
syndrome translokasi memiliki 46 kromosom. Seperti halnya ND, Translokasi
terjadi sebelum konsepsi namun perbedaannya adalah bahwa translokasi terjadinya
tidak berhubungan dengan umur orang tua terutama ibu. Kira-kira 1/3 dari kasus
ini seorang bapak yang carier kromosom translokasi dapat meningkatkan peluang
secara signifikan mendapatkan anak down syndrome. Namun dalam kasus tertentu
tranlokasi dapat terjadi secara spontan (www.ds-health.com )
2. Mosaicism
2. Mosaicism
Mosaicism atau lebih sering disebut
Mosaic Down Syndrome (MDS) kejadiannya sangat mirip dengan ND hanya saja
perbedaan terletak pada waktu kejadiannya saja. MDS terjadi setelah
fertilisasi.Berikut adalah gambaran terjadinya MDS
3.
Translocation (Translokasi)
Translokasi ialah peristiwa terjadinya
perubahan struktur kromosom disebabkan karena suatu potongan kromosom
bersambungan dengan potongan kromosom lainnya yang bukan homolognya. Pada down
syndrome translokasi, lengan panjang dari autosom nomor 21 melekat pada autosom
lain, kadang-kadang dengan autosom nomor 15 tetapi lebih sering dengan autosom
nomor 14 (Suryo,1996:264). Dengan demikian individu yang menderita down
syndrome translokasi memiliki 46 kromosom. Seperti halnya ND, Translokasi
terjadi sebelum konsepsi namun perbedaannya adalah bahwa translokasi terjadinya
tidak berhubungan dengan umur orang tua terutama ibu. Kira-kira 1/3 dari kasus
ini seorang bapak yang carier kromosom translokasi dapat meningkatkan peluang
secara signifikan mendapatkan anak down syndrome. Namun dalam kasus tertentu
tranlokasi dapat terjadi secara spontan (www.ds-health.com )
Ø PERUBAHAN DALAM KROMOSOM, GEN DAN
REKOMBINASI DARI BERBAGAI MUTASI YANG MENGHASILKAN KEANEKARAGAMAN INDIVIDU
A. Mutasi Gen (Point Mutation)
Mutasi
gen adalah mutasi yang terjadi dalam lingkup gen dalam kromosom (letak dan sifat) yang menyebabkan perubahan
sifat individu tanpa perubahan jumlah dan susunan kromosomnya. Peristiwa yang terjadi pada mutasi gen adalah perubahan
urutan-urutan DNA, dimana atom-atom hydrogen dapat berpindah dari satu posisi
ke posisi lain pada purin atau pirimidin karena antara timin dan adenine atau
antara guanine dan sitosin dihubungkan oleh ikatan hydrogen yang lemah.
Perubahan kimia ini disebut perubaha tautomer, misalkan adenine berpasangan
dengan sitosin dan timin dengan guanin. Jenis-jenis mutasi gen adalah sebagai
berikut.
a.
Mutasi salah arti (missens mutation), yaitu perubahan suatu kode genetic (umumnya
pada posisi 1 dan 2 pada kodon) sehingga menyebabkan asam amino terkait (pada
polipeptida) berubah. Jenis mutasi ini dapat disebabkan oleh peristiwa transisi
dan transverse. Mutasi jenis ini juga sering kali disebut sebagai mutasi
bingkai (frameshift mutations), karena mutasi ini terjadi akibat pengurangan
satu / beberapa atau penambahan sekaligus pasangan basa secara bersama-sama.
b.
Mutasi diam (silent mutation), yaitu perubahan suatu pasangan basa dalam gen
(pada posisi 3 kodon) yang menimbulkan perubahan satu kode genetik tetapi tidak
mengakibatkan perubahan atau pergantian asam amino yang dikode. Mutasi diam
biasanya disebabkan karena terjadinya mutasi transisi dan tranversi. Mutasi ini
juga sering disebut sebagai mutasi ganda 3 (triplet mutations) karena terjadi
akibat penambahan atau pengurangan tiga basa secara bersama-sama.
c.
Mutasi tanpa arti (nonsense mutation), yaitu perubahan kodon asam amino tertentu
menjadi kodon stop. Hampir semua mutasi tanpa arti mengarah pada inaktifnya
suatu protein sehingga menghasilkan fenotip mutan. Mutasi ini dapat terjadi
baik oleh tranversi, transisi, delesi, maupun insersi. Selain itu, mutasi ini
dapat juga terjadi karena perubahan susunan basa pada kodon (triplet) dari asam
amino tetapi tidak mengakibatkan kesalahan pembentukan protein. Misalnya, UUU
diganti UUC yang juga merupakan kode untuk pembentukan fenilalanin.
Mutasi gen memiliki
tipe-tipe sebagai berikut :
a. Mutasi pergantian basa
peristiwa
pergantian pasangan basa nitrogen pada suatu rantai polinukleotida yang
berdampak pada juga pada perubahan kodon. peristiwa mutasi pergantian basa
disebut juga subtitusi. Contoh anomali akibat terjadi mutasi pergantiann basa
adalah Sickle cell anemia (sel darah merah yang berbentuk bulan sabit).
berdasarkan jenis basa
nitrogen yang digantikan, Mutasi pergantian basa (mutasi subtitusi) dibedakan
atas:
Ø Transisi
transisi terjadi jika basa purin (adenin) diganti dengan basa purin lain (guanin), atau basa pirimidin (sitosin) diganti dengan basa pirimidin lain (timin).
transisi terjadi jika basa purin (adenin) diganti dengan basa purin lain (guanin), atau basa pirimidin (sitosin) diganti dengan basa pirimidin lain (timin).
Ø Transversi
Transversi terjadi jika basa purin diganti dengan basa pirimidin atau sebaliknya.
Transversi terjadi jika basa purin diganti dengan basa pirimidin atau sebaliknya.
Untuk memahami proses mutasi pergantian basa jenis transisi dan
transversi simak gambar dibawah ini!
b. Mutasi penyisipan dan
pengurangan basa nitrogen
merupakan peristiwa
menyisipnya suatu basa nitrogen ke dalam suatu DNA atau peristiwa hilangnya
satu atau beberapa basa nitrogen dalam DNA.
Mutasi ini dapat terjadi melalui insersi dan delesi.
Mutasi ini dapat terjadi melalui insersi dan delesi.
Ø Insersi
adalah penyisipan satu atau lebih pasangan basa nitrogen yang terdapat dalam molekul DNA.
adalah penyisipan satu atau lebih pasangan basa nitrogen yang terdapat dalam molekul DNA.
Ø Delesi
adalah berkurangnya
satu atau lebih pasangan pasa nitrogen dalam suatu potongan DNA.
B. Mutasi kromosom (Cross Mutation)
Mutasi
kromosom yaitu mutasi yang disebabkan karena perubahan struktur kromosom atau
perubahan jumlah kromosom yang menyebabkan perubahan sifat individu lazim.
Mutasi kromosom sering terjadi karena kesalahan pada meiosis maupun pada
mitosis. Pada prinsipnya, mutasi kromosom digolongkan rnenjadi dua, yaitu
sebagai berikut.
a. Mutasi Komosom Akibat Perubahan
Jumlah Kromosom
Mutasi
kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom (ploidi) melibatkan
kehilangan atau penambahan perangkat kromosom (genom) disebut euploid, sedang
yang hanva terjadi pada salah satu kromosom dari genorn disebut aneuploid.
1) Euploid (eu = benar; ploid =
unit)
Yaitu
jenis mutasi dimana terjadi perubahan pada jumlah n. Makhluk hidup yang terjadi
dari perkembangbiakan secara kawin, pada umumnya bersifat diploid, memiliki 2
perangkat kromosom atau 2 genom pada sel somatisnya (2n kromosom). Organisme
yang kehilangan I set kromosomnya sehingga memiliki satu genom atau satu
perangkat kromosom (n kromosom) dalam sel somatisnya disebut monoploid.
Sedangkan organisme yang memiliki lebih dari dua genom disebut poliploid,
misalnya triploid (3n kromosom). Mutasi poliploid ada dua, yaitu
(1)
autopoliploid yang terjadi akibat n-nya mengganda sendiri karena kesalahan
meiosis dan terjadi pada krornosom homolog, misalnya semangka tak berbiji; dan
(2)
alopoliploid yang terjadi karena perkawinan atau hybrid antara spesies yang
berbeda jumlah set kromosomnya dan terjadi pada kromosom non homolog, misalnya
Rhaphanobrassica (akar seperti kol, daun mirip lobak).
2)
Aneuploid (an = tidak; eu = benar; Ploid = Unit)
Yaitu jenis mutasi
dimana terjadi perubahan jumlah kromosom. Mutasi kromosom ini tidak melibatkan
seluruh genom yang berubah, rnelainkan hanya terjadi pada salah satu kromosom
dari genom. Mutasi ini disebut juga dengan istilah aneusomik. Penyebab
mutasi ini adalah anafase (peristiwa tidak melekatnya benang-benang spindle ke
sentromer) dan nondisjunction (gagal berpisal). Macam-macam aneusomik antara
lain sebagai berikut.
1)
monosomik (2n-1); yaitu mutasi karena kekurangan satu kromosom,
2)
nullisomik (2n-2); yaitu mutasi karena kekurangan dua kromosom
3)
tetrasomik (2n+2); yaitu mutasi karena kelebihan dua kromosom.
4)
trisomik (2n+1); yaitu mutasi karena kelebihan satu kromosom,
Aneusomi pada manusia
dapat menyebabkan kelainan jumlah kromosom gonosom dan autosom. Kelainan jumlah
kromosom autosom :
1)
Sindroma Edward (1960) Genotip 47 XX/XY +18 umurnya kurang dari
6 bulan.
2)
Sindrom Patau, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada kromosom
autosom. kromosom autosomnya mengalami kelainan pada kromosom nomor 13, 14,
atau 15.
3)
Sindrom Down, ditemukan oleh J. Langdon Down tahun 1866. kariotipe 47, XX atau 47, XY.
Mongolism, bertelapak tebal seperti telapak kera. Mata sipit miring ke samping.
bibir tebal, lidah menjulur, liur selalu menetes, gigi kecil-kecil dan
jarang, I. Q. rendah (± 40 ). Sindroma Down
dapat dibedakan,
1) Sindroma Down primer ( trisomi
21)
Genotip47 XX/XY +21. Frekwensi 92.5 %
Dilahirkan dariibu berumur lebih dari 35 tahun, ditemukan satu orang dalam
keluarga, tidak diwariskan
2) Sindroma Down sekunder (
translokasi )
Genotip 46 XX/XY t(21-14/15), diwariskan,
dilahirkan dari ibu muda (kurang 30 tahun)biasanya ditemukan lebih dari satu
anak
Kelainan jumlah
kromosom gonosom :
a.
Sindrom Turner, dengan kariotipe (22AA+X0). Jumlah kromosomnya
45 dan kehilangan 1 kromosom kelamin. Penderita Sindrom Turner berjenis kelamin
wanita, namun ovumnya tidak berkembang (ovaricular disgenesis), tinggi badan cenderung pendek, sisi
leher tumbuh tambahan daging, bentuk kaki X, kedua puting susu berjarak
melebar, keterbelakangan mental.
b.
Sindrom Klinefelter, kariotipe (22 AA+XXY) kelebihan kromosom seks X, bulu badan tidak tumbuh,
mengalami trisomik pada kromosom gonosom. Penderita Sindrom Klinefelter
berjenis kelamin laki-laki, namun testisnya tidak berkembang (testicular
disgenesis) sehingga tidak bisa menghasilkan sperma (aspermia) dan mandul
(gynaecomastis) serta payudaranya tumbuh, tinggi badan berlebih.
c.
Sindrom Jacobs, kariotipe (22AA+XYY) kelebihan sebuah
kromosom seks Y, trisomik pada kromosom gonosom. Penderita sindrom ini umumnya berwajah kriminal, suka menusuk-nusuk mata dengan benda tajam, seperti pensil,dll dan juga sering berbuat kriminal. Penelitian di luar negeri mengatakan bahwa sebagian besar orang-orang yang masuk penjara adalah orang-orang yang menderita Sindrom Jacobs, berperawakan tinggi, bersifat antisosial, agresif, suka melawan hokum.
kromosom seks Y, trisomik pada kromosom gonosom. Penderita sindrom ini umumnya berwajah kriminal, suka menusuk-nusuk mata dengan benda tajam, seperti pensil,dll dan juga sering berbuat kriminal. Penelitian di luar negeri mengatakan bahwa sebagian besar orang-orang yang masuk penjara adalah orang-orang yang menderita Sindrom Jacobs, berperawakan tinggi, bersifat antisosial, agresif, suka melawan hokum.
b. Mutasi Kromosom Akibat
Perubahan Struktur Kromosom
Mutasi
karena perubahan struktur kromosom atau kerusakan bentuk kromosom disebut juga
dengan istilah aberasi. Macam-macam aberasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Delesi atau defisiensi
Delesi
adalah mutasi karena kekurangan segmen kromosom. Penghilangan dapat terjadi
pada segmen panjang lengan kromosom seperti yang dilaporkan pada tanaman
gandum. Tergantung pada gen dan tingkat ploidi, defisiensi dapat menyebabkan
kematian, separuh kematian, atau menurunkan viabilitas. Pada tanaman defisiensi
yang ditimbulkan oleh perlakuan bahan mutagen (radiasi) sering ditunjukkan
dengan munculnya mutasi klorofil. Kejadian mutasi klorofil biasanya dapat
diamati pada stadia muda (seedling stag), yaitu dengan adanya perubahan warna
pada daun tanaman. Macam-macam delesi antara lain:
1)
Delesi terminal; ialah delesi yang kehilangan ujung segmen kromosom.
2)
Delesi intertitial; ialah delesi yang kehilangan bagian tengah kromosom.
3)
Delesi cincin; ialah delesi yang kehilangan segmen kromosom sehingga berbentuk
lingkaran seperti cincin.
4)
Delesi loop; ialah delesi cincin yang membentuk lengkungan pada kromosom
lainnya.
2. Duplikasi
Mutasi
karena kelebihan segmen kromosom. Mutasi ini terjadi pada waktu meiosis,
sehingga memungkinkan adanya kromosom lain (homolognya) yang tetap normal.
Duplikasi menampilkan cara peningkatan jumlah gen pada kondisi diploid.
Dulikasi dapat terjadi melalui beberapa cara seperti: pematahan kromosom yang
kemudian diikuti dengan transposisi segmen yang patah, penyimpangan dari
mekanisme crossing-over pada meiosis (fase pembelahan sel), rekombinasi
kromosom saat terjadi translokasi, sebagai konsekuensi dari inversi heterosigot,
dan sebagai konsekuensi dari perlakuan bahan mutagen. Beberapa kejadian
duplikasi telah dilaporkan dapat miningkatkan viabilitas tanaman. Pengaruh
radiasi terhadap duplikasi kromosom telah banyak dipelajari pada bermacam jenis
tanaman seperti jagung, kapas, dan barley.
3. Translokasi.
Translokasi
ialah mutasi yang mengalami pertukaran segmen kromosom ke kromosom non homolog.
Macam-macam translokasi antara lain sebagai berikut.
1) Translokasi homozigot
(resiprok)
Translokasi homo zigot
ialah translokasi yang mengalami pertukaran segmen kedua kromosom homolog
dengan segmen kedua kromosom non homolog.
2) Translokasi heterozigot (non
resiprok)
Translokasi
heterozigot ialah translokasi yang hanya mengalami pertukaran satu segmen
kromosom ke satu segmen kromosom nonhomolog.
3) Translokasi Robertson
Translokasi Robertson
terjadi karena penggabungan dua kromososm akrosentrik menjadi kromosom
metasentrik, sehingga disebut juga fusi (penggabungan).
4. Inversi
Inversi ialah mutasi yang mengalami
perubahan letak gen-gen, karena selama meiosis kromosom terpilin dan terjadi
kiasma.
Macam-macam inversi antara lain
1) Inversi parasentrik; teriadi pada
kromosom yang tidak bersentromer
2) lnversi perisentrik; terjadi pada
kromosom yang bersentrom
5. Isokromosom
lsokromosom ialah
mutasi kromosom yang terjadi pada waktu menduplikasikan diri. pembelahan
sentromernya mengalami perubahan arah pembelahan sehingga terbentuklah dua
kromosom yang masing-masing berlengan identik (sama). Dilihat dari pembelahan
sentromer maka isokromosom disebut juga fision, jadi peristiwanya berlawanan
dengan translokasi Robertson (fusion) yang mengalami penggabungan.
1. Katenasi
Katenasi ialah mutasi kromosom yang
terjadi pada dua kromosom non homolog yang pada waktu membelah menjadi empat
kromosom, saling bertemu ujung-ujungnya sehingga membentuk lingkaran.
C. Rekombinasi Genetika
Rekombinasi
genetika merupakan proses pemutusan seunting bahan genetika (biasanya DNA, namun juga bisa RNA) yang kemudian diikuti oleh penggabungan
dengan molekul DNA lainnya. Pada eukariota rekombinasi biasanya
terjadi selama meiosis sebagai pindah silang kromosom antara kromosom yang berpasangan. Proses ini
menyebabkan keturunan suatu makhluk hidup memiliki kombinasi gen yang berbeda
dari orang tuanya, dan dapat menghasilkan alel kimerik yang baru. Pada biologi evolusioner,
perombakan gen ini diperkirakan memiliki banyak keuntungan, yakni mengijinkan
organisme yang bereproduksi secara seksual menghindari Ratchet Muller.
Secara
alami, rekombinasi gen terjadi saat pembelahan meiosis terjadi, (jadi bukan
saat fertilisasi), yaitu ketika fase yang disebut sebagai “pindah silang” atau
crossing over, pada profase I (silahkan lihat tahapan pembelahan meiosis untuk
lebih jelasnya). Pada fase itu, gen-gen dari pasangan kromosom homolog saling
bertukaran. Seperti kita ketahui, manusia memiliki 2 set kromosom yang saling
berpasangan, satu set kromosom yang membawa sifat-sifat ayah, dan satu set
kromosom yang membawa sifat-sifat ibu. Pada pembelahan mitosis (perbanyakan
sel), kedua set kromosom tersebut akan diperbanyak apa adanya, jadi tidak ada
perubahan susunan gen. Namun, pada saat pembelahan meiosis, yaitu pada
pembentukan sel gamet (yang nota bene hanya punya satu set kromosom),mterjadi
pndah silang, sehingga satu set kromosom hasil dari pembelahan meiosis akan
membawa kombinasi sifat ayah da sifat ibu.
Berikut
ini adalah informasi – informasi tentang rekombinasi gen seksual seperti
disebutkan dibawah ini:
Hukum mandel 1 dan hukum mandel 11,
tentang hukum pemisahan dan rekombinasi faktor- faktor keturunan yang terjadi selama meiosis. Pada
mahkluk hidup yang bereproduksi secara sseksual, peristiwa fertilisasi
didahului oleh proses pembentukan gamet (meiosis). Proses meiosis menghasilkan
gamet-gamet yang mempunyai jumlah kromosom sebanyak separuh dari jumlah
kromosom sel induknya. Pada proses meiosis inilah terjasi pemisahan
faktor- faktor keturunan dari masing- masing alelnya secara bebas.
Peristiwa pemisahan yang berlangsung secara bebas itulah yang lebih
terkenal dengan hukum mandel 1: sebaliknya peristiwa kombinasi
secara bebas lebih dikenal dengan hukum mandel II. Dengan
peristiwa pemisahan dan rekombinasi secara bebas inilah menyebabkan kandungan
faktor keturunan pada tiap gamet, secara keseluruhan tidak sama satu sama lain.
Dengan kata lain secara keseluruhan tiap-tiap gamet berbeda satu dengan
yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar