1.
PERSILANGAN
MONOHIBRID & DIHIBRID
A. Persilangan Monohibrid
1. Konsep persilangan monohidrid
Persilangan
monohibrid adalah persilangan antara dua individu dengan hanya fokus pada
sebuah sifat yang berbeda dari sebuah karakter pada tanaman sejenis.
Persilangan ini sering dikenal dengan persilangan satu sifat beda.
a.
Konsep Kenampakan karakter
Sebuah
individu dipengaruhi oleh susunan basa nitogen di dalam kromosom. Di dalam
kromosom terdapat segmen-segmen DNA yang berisi informasi yang akan diwariskan
kepada keturunannya, segmen DNA dalam kromosom ini disebut dengan gen. Jadi gen
adalah sesuatu yang mempengaruhi kenampakan sebuah karakter.
b. Konsep
mengenai Kromosom selalu berpasangan,
Kromosom
pasangannya disebut dengan kromosom homolog. oleh karena itu keberadaan gen
yang mempengaruhi karakter yang sama dapat dijumpai pada di kromosom
homolognya. Hanya saja pengaruhnya bisa sama ataupun berbeda. Sebagai contoh
Anda tentunya mengetahui bahwa sifat warna pada karakter iris bermacam-macam.
ada yang warna biru ada juga yang warna hitam. topik pembicaraannya hanya
sebatas pada iris saja sedangkan sifatnya adalah merah dan hitam. Jadi di sini
saya menggunakan sebuah karakter saja yaitu iris dengan sifatnya yaitu warna
iris. Iris bisa bermacam-macam karena di bawah pengaruh dari alel yang memiliki
pengaruh yang berbeda terhadap iris.
Hukum
ini dikenal dengan hukum segregasi tentang hukum pemisahan alel. Hukum Mendel
I mengatakan bahwa proses pembentukan gamet yang membawa karakter
dan sifat berpisah secara bebas. Dalam bahasa inggris Hukum Mendel I dikenal
dengan istilah the law of segregation. Bagi yang mengikuti anime/manga
jepang Naruto tentunya Anda akan mengenal istilah iris mata sharingan pada klan
uchiha. Misalkan Gen pembawa kode genetis iris sharingan ini bersifat dominan dibandingkan
dengan iris normal dan diberi kode ‘S’ (baca: es kapital) dan iris normal
diberi kode `s`. Jadi susunan alel iris pada klan uchiha bisa SS, Ss, atau ss.
Pada
hukum Mendel I, jika seorang klan uchiha yang bergenotip Ss maka alel Ss
tersebut akan memisah secara bebas pada proses meiosis I menjadi dua sel gamet
yang masing-masing akan membawa gen sharingan (S) dan gen normal (s). Jadi
hukum mendel I didasari pada karakter pembelahan pada meiosis I.
Hukum
Mendel II yaitu hukum penyusunan alel dari gamet, terjadi secara bebas. Artinya
pada proses perkawinan, setiap gametnya akan berpasangan kembali dengan alelnya
yang berasal dari kedua induknya terjadi secara bebas untuk menyusun alel yang
baru untuk keturunan berikutnya.
Untuk
memecahkan kemungkinan anak-anak mereka kita akan menggunakan hukum mendel II.
Tapi sebelumnya kita harus tahu dulu bagaimana susunan alel sasuke dan sakura.
Untuk genotip alel sakura dapat dipastikan ss karena dia bermata normal yang
bersifat resesif (:baca dulu penjelasan Hukum Mendel I di atas) dan gametnya
cuma ada 1 macam yaitu s.
Permisalan
pertama: Jika susunan alel Sharingan sasuke adalah heterozigot Ss maka setelah
meiosis akan ada 2 macam gamet pada sel kelamin jantan pada testis sasuke yaitu
sel gamet jantan yang membawa gen S (tipe iris Sharingan) dan sel gamet jantan
yang membawa gen s (tipe iris normal).
Dengan
menggunakan hukum Mendel II yang mengatakan bahwa sel-sel kelamin akan
membentuk gamet dengan pasangan gametnya terjadi secara bebas, kita bisa
memprediksi persentase kemungkinan anak-anaknya memiliki iris jenis yang mana?
kemungkinan iris anak-anaknya dalam setiap kelahiran adalah 1:1. Hal ini
disebabkan karena bisa gen S sasuke yang akan bertemu dengan s sakura, atau gen
s sasuke yang akan bertemu dengan s sakura. Jika yang gen S sasuke bertemu
dengan s sakura mata alel anaknya adalah Ss maka tipe irisnya adalah Sharingan.
Akan tetapi jika gen s sasuke yang bertemu dengan s sakura maka anak mereka
adalah normal.
Permisalan
kedua: Jika susunan alel Sharingan sasuke adalah homozigot maka setelah meiosis
hanya akan ada 1 macam gamet pada sel kelamin jantan pada testis sasuke yaitu
sel gamet jantan yang membawa gen S (tipe iris Sharingan).
Kembali
kita menerapkan hukum Mendel II yang mengatakan bahwa sel-sel kelamin akan
membentuk gamet dengan pasangan gametnya terjadi secara bebas, kita bisa
memprediksi persentase kemungkinan anak-anaknya memiliki iris jenis yang mana?
kemungkinan iris anak-anaknya dalam setiap kelahiran adalah 100% bertipe iris
Sharingan. Hal ini disebabkan karena gen S sasuke pasti akan bertemu dengan s
sakura. Jadi tipe susunan allel anak mereka pasti Ss. karena S bersifat dominan
daripada s maka sifat S akan muncul dalam fenotip. Jadi anak mereka pada kasus
kedua ini semuanya pasti mata dengan tipe iris Sharingan.
Selain
konsep-konsep di atas Anda harus menguasai dengan baik istilah berikut ini:
1.
Alel –> pasangan gen pada kromosom homolog
yang memberikan sifat yang berbeda atau sama pada suatu karakter.
2.
Gamet –> sel kelamin
3.
Genotip –> gen yang mempengaruhi karakter
4.
Fenotip –> hasil ekspresi gen yang dapat
ditangkap dengan panca indera manusia. atau dengan kata lain adalah kenampakan
morfologi yang dapat diamati.
5.
Parental –> induk yang akan dikawinkan atau
disilangkan atau hibridisasi.
6.
Filial –> hasil dari proses
perkawinan/persilangan/hibridisasi.
·
F1 = keturunan I
·
F2 =Keturunan II
·
Fn = keturunan ke-n
7. Sifat
dominan –> sifat alel yang pengaruhnya sangat kuat pada sebuah karakter
8. Sifat
resesif –> sifat alel yang pengaruhnya dikalahkan oleh sifat dominan
9. Homozigot
–> alel dengan sifat yang sama
10. Heterozigot
–> alel dengan sifat yang berbeda
Setelah
Anda pahami dengan baik konsep dan istilah di atas mari kita pelajari mengenai
persilangan monohidbrid. Untuk itu sebaiknya kita pelajari apa yang telah dilakukan
oleh bapak Genetika kita yaitu Gregor Mendel. GM adalah seorang biarawan yang
melakukan penelitian disebuah kebun. Penelitian yang dilakukannya adalah
persilangan pada tanaman Pisum sativum (kacang kapri). Dari
penelitiannya itu disilangan antara tanaman yang memiliki :
a. Biji
(bulat dan keriput),
b. Warna
kulit biji (kuning dan hijau)
c. Warna
bunga (ungu dan putih)
d. Tinggi
tanaman ( tinggi dan pendek)
Pada persilangan pertama dihasilkan semua karakter
anakan (F1) 100% bulat, kuning, ungu dan tinggi. Bisa disimpulkan sifat-sifat
tersebut mendominasi dibandingkan sifat lainnya. Akan tetapi pada keturunan
kedua diperoleh hasil yang berbeda untuk setiap karakternya menghasilkan
perbandingan dominan : resesif adalah 3:1
Hal ini berarti dalam keturunan pertama (F1) pada
kromosomnya membawa 2 sifat yang berbeda pada masing-masing alel-nya. Artinya
Individu induknya (parental) masing-masing hanya terdiri dari alel yang membawa
sifat yang sama. Jantan membawa sifat dominan dan individu betina membawa sifat
karakter resesif ataupun sebaliknya. Jadi ketika sesama F1 dikawinkan akan
memunculkan karakter yang bersifat resesif. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Perhatikan di gambar 2 untuk bagian generasi
parental. Pada gambar tersebut terlihat dua individu yang disilangkan,
masing-masing bersifat homozigot. Satu tanaman homozigot resesif (tt) sedangkan
tanaman yang lain homozigot dominan (TT).
Sebagai akibatnya setiap individu akan mengalami
meiosis dan akan menghasilkan 1 macam gamet. Homozigot dominan akan menghasilkan
gamet tinggi dominan (T), sedangkan individu yang lain akan menghasilkan gamet
pendek resesif (t). dan ketika terjadi persilangan gamet jantan dan gamet
betina akan bertemu dan menghasilkan individu dengan gamet Tt. Artinya individu
baru ini akan memiliki kenampakan tanaan tinggi. Contoh ini dapat
digunakan untuk menjelaskan mengenai genotip dan fenotip . sifat tinggi adalah
fenotip,sedangkan Tt adalah genotip.
Pada persilangan berikutnya saya akan menjelasan
mengenai hukum Mendel I. perhatikan persilangan ke-2. Pada
persilangan kedua dilakukan persilangan antara F1 dengan F1 yang lain. Artinya
tanaman tinggi dengan genotip Tt disilangkan dengan tanaman tinggi yang
bergenotipTt juga. Kembali kita ingat Hukum Mendel I yaitu bahwa alel akan
berpisah secara bebas. Artinya Alel pada setiap individu yang akan disilangkan
dengan komposisi Tt (membawa sifat tinggi dan rendah) akan memisah pada waktu
proses meiosis menjadi T dan t.
Kemudian setelah terbentuk gamet (hukum
Mendel I) kita akan melanjutkan ke hukum Mendel II
yaitu hukum penyusunan alel terjadi secara bebas. T dan t dari individu jantan
akan bertemu dengan T dan t dari individu betina. proses penyusunan alelnya
terjadi secara bebas.
Jadi pada akhir pembuahan bisa dihasilkan individu
dengan karakter genotip TT, Tt dan tt. Hanya saja nilai kemungkinannya atau
persentasenya saja yang berbeda. Untuk spesies yang menghasilkan keturunan yang
banyak dalam sekali perkawinan maka digunakan persentase sedangkan jika
spesiesnya manusia yang umumnya menghasilkan sati individu dalam setiap
perkawinannya maka digunakan istilah kemungkinan.
Pada contoh gambar diatas maka kemungkinan yang
terjadi dari hasil perkawinan untuk genotip TT adalah 1 diantara 4, Tt adalah 2
diantara 4, tt 1 diantara 4. darihasil perkawinan dihasilkan persentase :
a. Genotip
TT adalah 1/4 x 100% = 25% (tanaman tinggi homozigot)
b. Genotip
Tt adalah 2/4 x 100% = 50% (tanaman tinggi heterozigot)
c. Genotip
tt adalah 1/4 x 100% = 25% (tanaman rendah)
Sedangkan
fenotipnya adalah TT dan TT akan menghasilkan tanaman tinggi dan tt akan
menghasikan tanaman pendek. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa
tanaman tinggi memiliki dua genotip yaitu dalam bentuk homozigot dominan dan
dalam bentuk heterozigot sedangkan tanaman pendek hanya ada dalam 1 bentuk
homozigot resesif. Jadi perbandiingan fenotipnya adalah 3 tanaman tinggi dan 1
tanaman pendek. atau dapat disajikan tanaman tinggi : tanaman pendek = 3:1
a.
Macam-Macam Gamet pada Persilangan
Dihibrid

Macam-macam gamet pada persilangan dihibrid
dapat ditentukan dengan menggunakan Bracket system.
Contoh
cara menentukan gamet pada persilangan
1. Genotip
BbKk, maka
Macam
gamet yang terbentu pada genotip dengan 2 sifat beda adalah 4 macam yaitu: BK,
Bk, bK, bk
2. Genotip
HHLl (berambut hitam-lurus), maka
Macam
gamet yang terbentuk pada genotip dengan 2 sifat beda (HHLl) adalah 2
macam (HL dan Hl) namun jumlah gamet adalah tetap 4 (22)yaitu: HL,
Hl, HL, Hl
Genotip Trihibrid: TtMmBb
Macam gamet
yang diperoleh untuk genotip TtMmBB berjumlah 8 yaitu: TMB, TMb, TmB,
Tmb, tMB, tMb, tmB, dan tmb
Menentukan Jumlah Gamet

Jumlah
gamet yang dihasilkan pada suatu genotip dapat ditentukan dengan rumus 2n,
n: jumlah sifat beda
Contoh:
1. Jumlah gamet dari genotip BbKk
(biji bentuk bulat – biji warna Kuning), memiliki 2 sifat
beda/dihibrid, jadi n=2 --> 2n = 22 =
4, yaitu: BK, Bk, bK, dan bk.
2. Jumlah gamet dari genotip LLHh
(rambut lurus –warna hitam), memiliki 2 sifat beda/dihibrid, jadi n=
2 --> 2n = 22 = 4, yaitu: LH,
Lh, LH, dan Lh meskipun macam gametnya hanya 2 yaitu LH dan Lh
3. Jumlah gamet dari genotip
BbKkTt (berbiji bulat- warna kuning-batang tinggi), memiliki 3 sifat
beda/trihibrid, jadi n=3 --> 2n = 23 =
8 yaitu: BKT, BKt, BkT, Bkt, bKT, bKt, bkT, dan bkt
b.
Proses dan Hasil Persilangan
Dihibrid

Saat
Mendel melakukan persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat warna kuning
(BBKK) dengan tanaman ercis berbiji kerut warna hijau (bbkk), ternyata semua
keturunannya (F1) adalah tanaman ercis berbiji bulat warna kuning (BbKk).
Ketika Mendel melanjutkan percobaanya dengan menyilangkan tanaman F1 dengan
sesamanya diperoleh perbandingan fenotip sebagai berikut: 9/16 bulat kuning :
3/16 bulat hijau : 3/16 kerut kuning : 1/16 kerut hijau.
Dari hasil
Persilangan sesama F1 (bulat kuning heterozigotik/BbKk) pada tanaman ercis
F2 diperoleh 16 variasi genotip. Perbandingan Fenotip:9 bulat kuning : 3 bulat hijau : 3 kerut kuning
: 1 kerut hijau
Persilangan
yang dilakukan oleh Mendel antara tanaman ercis berbiji bulat warna
kuning (BBKK) dengan tanaman ercis berbiji kerut warna hijau (bbkk)
menghasilkan tanaman ercis berbiji bulat kuning (BbKk). Ketika Mendel
melanjutkan percobaannya dengan menyilangkan sesama tanaman F1 (BbKk) ternyata
dihasilkan perbandingan 16 variasi genotip dan 4 variasi fenotip F2 sebagai
berikut:
9 tanaman
ercis berbiji bulat warna kuning :3 ercis berbiji bulat warna hijau : 3 ercis
berbiji kerut warna kuning : 1 ercis berbiji kerut warna hijau.
1. Persilangan
dihibrid
Persilangan
dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan
hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau
pengelompokan gen secara bebas.
Hukum ini
berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke
masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum
asortasi.
Mendel
menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat
beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut,
K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau.
Jika
tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut
hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1
ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam
gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk.
Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam
fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16
kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua
lainnya merupakan fariasi baru.
Perbandingan
fenotip yang di hasilkan dari perkawinan dihibrid dominasi penuh adalah 9:3:3:1
Epistasis domian-resesif
Epistasis
dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis
terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari
pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I. Epistasis ini
menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2.
Contoh
peristiwa epistasis dominan-resesif dapat dilihat pada pewarisan warna bulu
ayam ras. Dalam hal ini terdapat pasangan gen I, yang menghalangi pigmentasi,
dan alelnya, i, yang tidak menghalangi pigmentasi. Selain itu, terdapat gen C,
yang menimbulkan pigmentasi, dan alelnya, c, yang tidak menimbulkan pigmentasi.
Gen I dominan terhadap C dan c, sedangkan gen c dominan terhadap I dan i.
P : IICC x iicc
putih putih
F1 : IiCc
putih
F2 : 9 I-C- putih
3 I-cc putih putih : berwarna = 13 : 3
3 iiC- berwarna
1 iicc putih
c.
Asam Deoksiribonukleat (ADN)
1.
Pengertian AND
Asam
deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris: deoxyribonucleic
acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun
berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti
sel.
Secara
garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik;
artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum
bagi setiap organisme. Di antara perkecualian yang menonjol adalah beberapa
jenis virus (dan virus tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Asam deoksiribonuleat atau disinggkat ADN merupakan
persenyawaan kimia yang paling penting bagi mahluk hidup dalam membawa
keterangan genetic dari sel kuhusnya atau dari mahluk hidup pada umumnya dari
datu generasi ke genarasi berikutnya. ADN sangat menarik perhatian para
biologiwan modern dalam abad ini, seperti halnya ahli kimai serta fisika
tertarik pada atom.
2.
Sejarah AND
Molekul
ADN pertama-tama diisolir oleh F.Micher (1969) dari sel spermatozoa dan dari
nucleus sel-sel darah merah burung. Akan tetapi ia tidak dapat mengenal sifat
kimianya yang pasti dan menamakan sebagai nuclei. Fischer (1880) mengenal dua
macam zat-zat Pirimidin dan Purin dalam asam nukleat. Kosel (1910) menemukan 2
Pirimidin yairy Sitosin dan Timin 2 Purin Adenin dan Guanin di dalam asam
nukleat itu. Levine (1910) seorang ahli biokimia kelahiran Rusiamenegnal 5 gula
Deoksiribose dan Asam fosfat. Robert Feulgen (1914) menunjukkan Tes warna AND
yang dikenal dengan reaksi Feulgen. Avery,Macleod dan McCarthy (1944) menemukan
AND mempunyai hubungan langsung dengan keturunan. Chargaff (1947) studi kimiawi
AND terdiri dari bagian basa Purin dan Pirimidin yg sama. Wilkins et all
(1950)àbasa purin & pirimidin dlm ADN terletak dgn jarak 3,4 Å.
Watson&Crick (1953) menemukan model “doubel helix” dalam rantai asam
deoksiribonukleat. Kornberg (1967) membuat molekul ADN dari 6000 nukleotida
dalam ADN.
3.
Letaknya
ADN
Terdapat pada makhluk hidup kecuali beberapa virus .di dalam sel bagian
terbesar dari ADN terdapat dalam nucleus terutama di dalam kromosom. Molekul
ADN juga ditemukan dalam mitokondria,plastida, dan sentriol.
4.
Morfologi
Molekul
ADN dari sel-sel dengan nucleus sejati mempunyai bentuk sbagi benang lurus dan
tak bercabang, sedangkan pada sel-sel tanpa nucleus sejati, mitokondria dan
plastida molekul ADN berbentuk lingkaran. Pada mitokondria, molekul ADN
mempunyai ukuran 5 u pada virus lebih panjang, sedangkan molekul ADN tunggal
pada sel bakteri berukuran 1,4 mm.
5.
Susunan Kimia Dari AND
ADN
merupakan susunan kimia makromulekular yang komplek yang terdiri dari 3 macam
molekul yaitu:
a. Gula Pentosa, Yang dikenal sebagai deoksiribosa
b. Asam posfat
c. Basa Nitrogen yang dibedakan atas 2
tipe dasar yaitu:
o
Pirimidin
terdiri dari Sitosin dan Timin
o
Purin
terdiri dari Adenin dan Guanin
Pirimidin
( Sitosin dan Timin) dan Purin ( Adenin dan Guanin) membentuk rangkaian kimia
dengan deoksiribosa.
6.
Perbandingan basa nitrogen dalam AND
Chargaff
menemukan bahwa pengandungan ADN dari nucleus timus anak sapi terdiri dari 4
basa dengan perbandingan 28% adenine, 24% guanine, 20% sitosin, dan 28% timin.
Sampel ADN yang di dapatkannya dari berbagai macam organisme hidup
memperlihatkan pengandungan basa yang berlainan. Namun hukum ekuivalen chargaff
yang dikemukakan dalam tahun 1950 menyatakan bahwa :
a. Jumlah purin adalah sama dengan
jumlah piramidin (A+G=T+S)
b. Banyaknya adenine sama dengan
banyaknya sitosin (G=S)
Perbedaan antara rasio AT/GS dari mikroorganisme dan makhluk tingkat tinggi itu memberi petunjuk bahwa ada perbedaaan informasi genetic yang dibawa oleh molekul herediter itu. Petunjuk tadi tentu mempunyai arti sangat penting untuk keperluan filogeni,evolusi,dan taksonomi.
Perbedaan antara rasio AT/GS dari mikroorganisme dan makhluk tingkat tinggi itu memberi petunjuk bahwa ada perbedaaan informasi genetic yang dibawa oleh molekul herediter itu. Petunjuk tadi tentu mempunyai arti sangat penting untuk keperluan filogeni,evolusi,dan taksonomi.
7.
Konstruksi Model Molekul AND
Orang yang
pertama-tama mengemukakan gagasan tentang struktur 3 dimensional dari ADN
adalah W.T.Astbury tahun 1940 berdasarkan hasil studi kristalografi sinar x
dari molekul ADN. Ia mengambil kesimpulan bahwa karena ADN itu sangat padat,
maka polinukleotida yang menyusunnya berupa timbunan nukleotida pipih, yang
masing-masing teratur tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan tiap-tiap
nukleotida itu mempunyai jarak 3,4 amstrong (A).
Berdasarkan
foto yang diambil oleh Franklin, Watson & Crick dlm bln April 1953
mengambil keputusan bahwa:
1) Deretan Polinukleotida ADN mempunyai
bentuk sbg spiral teratur
Spiral itu mempunyai diameter kira-kira 20Å & lebar spiral tetap
Spiral itu mempunyai diameter kira-kira 20Å & lebar spiral tetap
2) Spiral itu membuat satu putaran lengkap
setiap 34Å & jarak internukleotida
3) 4Å, maka tiap putaran lengkap
terdiri dari 10 nukleotida
4) Mengingat bahwa molekul ADN sangat
padat, maka spiral ADN tentu duplex, yang mengandung 2 deretan polinukleotida
8.
Model struktur ADN
Menurut
Watson dan crick molekul ADN itu berbentuk sebagai dua pita spiral yang saling
berpilin (double helix). Dibagian luar terdapat deretan gula-fosfat (yang
berbentuk tulang punggung dari double helix). Dibagian dalam dari double helix
terdapat basa purin dan pirimidin. Dua polinukleotida yang berhadapan
dihubungkan oleh atom hydrogen, yaitu antara pasangan purin dan pirimidin
tertentu. Adenine hanya dapat berpasangan dengan timin yang hanya dihubungkan
oleh dua atom H sedangkan guanine hanya dapat berpasangan dengan sitosin yang
dihubungkan oleh tiga atom H. jadi dua deretan nukleotida dalam satu deret
mendikte urutan nukleotida dari deret pasangannya.
9.
Denaturasi dan Renaturasi AND
Dua buah
pita polinukleotida yang berbentuk double helix dalam molekul ADN itu
dihubungkan oleh atom H yang sangat lunak. Jika suatu larutan yang mengandung
ADN dipanaskan atau dibubuhi alkali yang kuat, maka hubungan hydrogen itu
menjadi labil dan putus. Dua pita spiral dari molekul ADN itu membuka. Proses
ini dinamakan Denaturasi ADN. Jika larutan tersebut kemudian di dinginkan
kembali atau dinetralisir secara perlahan-lahan, maka terbentuklah
pasangan-pasangan itu kembali. Peristiwa ini disebut Renaturasi ADN.
10.
Replikasi AND
Sebagai
pembawa genetic ADN memiliki dua fungsi yang amat penting ialah :
a. Fungsi Heterokatalis, yaitu karena
ADN langsung dapat mensintesa molekul kimiawi lainnya
b. Fungsi Autokatalitis, yaitu karena
ADN dapat mensintesa dirinya sendiri
Berdasarkan
pengamatan diduga ada 3 kemungkinan cara replikasi molekul ADN, yaitu :
1. Semikonserpatip yaitu : dua pita
spiral dari double helix memisahkan diri. tiap pita tunggal dari double helix
parental ini berlaku sebagai pencetak (model) untuk membentuk pasangan yang
baru,
2. Konserpatip yaitu : double helix
parental tetap utuh, tetapi keseluruhannya dapat mencetak double helix baru.
3. Dispersip yaitu : kedua buah pita
dari double helix terputus-putus .segmen-segmen ADN parental dan segmen-segmen
ADN yang dibentuk baru saling bersambungan dan menghasilkan dua double helix
baru.
d.
Asam Ribonukleat (ARN)
Disamping
ADN, kebanyakan sel-sel berinti tidak sejati (prokariotik) maupun berinti
sejati (eukariotik) memiliki asam nukleat lain yang sangat penting pula, yang
dinamakan asam ribonukleat (ARN).
1.
Pengertian
Asam
ribonukleat merupakan senyawa bahan genetik dan memainkan peran utama dalam
ekspresi genetik. RNA menjadi perantara antara informasi yang dibawa DNA dan
ekspresi fenotip yang diwujudkan dalam bentuk protein.
2.
Struktur RNA
Struktur
dasar RNA mirip dengan DNA. RNA merupakan polimer yang tersusun dari sejumlah
nukleotida. Setiap nukleotida memiliki satu gugus fosfat, satu gugus gula
ribosa, dan satu gugus basa nitrogen (basa N). Polimer tersusun dari ikatan
berselang-seling antara gugus fosfat dari satu nukleotida dengan gugus gula
ribosa dari nukleotida yang lain.
Perbedaan
RNA dengan DNA terletak pada satu gugus hidroksil tambahan pada cincin gula
ribosa (sehingga dinamakan ribosa). Basa nitrogen pada RNA sama dengan DNA,
kecuali basa timin pada DNA diganti dengan urasil pada RNA Jadi tetap ada empat
pilihan: adenin, guanin, sitosin, atau urasil untuk suatu nukleotida. Selain
itu, bentuk konformasi RNA tidak berupa pilin ganda sebagaimana DNA, tetapi
bervariasi sesuai dengan tipe dan fungsinya.
3.
Fungsi RNA
Pada
sekelompok virus (misalnya bakteriofag), RNA merupakan bahan genetik. Ia
berfungsi sebagai penyimpan informasi genetik, sebagaimana DNA pada organisme
hidup lain. Ketika virus ini menyerang sel hidup, RNA yang dibawanya masuk ke
sitoplasma sel korban, yang kemudian ditranslasi oleh sel inang untuk
menghasilkan virus-virus baru. Namun demikian, peran penting RNA terletak pada
fungsinya sebagai perantara antara DNA dan protein dalam proses ekspresi
genetik karena ini berlaku untuk semua organisme hidup. Dalam peran ini, RNA
diproduksi sebagai salinan kode urutan basa nitrogen DNA dalam proses
transkripsi. Kode urutan basa ini tersusun dalam bentuk ‘triplet’, tiga urutan
basa N, yang dikenal dengan nama kodon. Setiap kodon berelasi dengan satu asam
amino (atau kode untuk berhenti), monomer yang menyusun protein.
Penelitian
mutakhir atas fungsi RNA menunjukkan bukti yang mendukung atas teori ‘dunia
RNA, yang menyatakan bahwa pada awal proses evolusi, RNA merupakan bahan
genetik universal sebelum organisme hidup memakai DNA.
Pembagian Asam deoksiribonukleat yaitu sebagai berikut :
Pembagian Asam deoksiribonukleat yaitu sebagai berikut :
a.
ARN Genetik
ARN
Genetik merupakan suatu polimer asam nukleotida yang yang memebawa molekul
genetik. Sebagai bahan genetik, RNA berwujud pita tunggal atau pita dobel
tetapi tidak terpilin seperti molekul ADN.
Beberapa virus tumbuhan (misalnya virus mozaik tembakau, virus mozaik kuning turnip, virus tumor lika dsb), virus hewan (misalnya virus influenza, virus kaki dan mulut, virus poliomyelitis, dsb) dan bakteriophag mempunyai ARN sebagai bahan genetik. Seperti halnya ADN, ARN adalah suatu polimer asam nukleotida dari empat ribonukleotida. Tiap ribonukleotida terdiri dari gula pentosa (D-ribosa), molekul gugusan fosfat dan sebuah basa nitrogen. Ke empat ribonukleotida itu juga terdapat bebas di dalam nukleoplasma tetapi dalam bentuk tripospat dari ribonukleotida seperti adenosin trifosfat (ATP), guanosin tripospatn (GTP), sitidin tripospat (STP) dan uridin tripospat (UTP).
Beberapa virus tumbuhan (misalnya virus mozaik tembakau, virus mozaik kuning turnip, virus tumor lika dsb), virus hewan (misalnya virus influenza, virus kaki dan mulut, virus poliomyelitis, dsb) dan bakteriophag mempunyai ARN sebagai bahan genetik. Seperti halnya ADN, ARN adalah suatu polimer asam nukleotida dari empat ribonukleotida. Tiap ribonukleotida terdiri dari gula pentosa (D-ribosa), molekul gugusan fosfat dan sebuah basa nitrogen. Ke empat ribonukleotida itu juga terdapat bebas di dalam nukleoplasma tetapi dalam bentuk tripospat dari ribonukleotida seperti adenosin trifosfat (ATP), guanosin tripospatn (GTP), sitidin tripospat (STP) dan uridin tripospat (UTP).
Struktur
molekul ARN dapat berbentuk pita tunggal atu pita duoble, tetapi tidak berpilin
sebagai spiral seperti molekul ADN. ARN bentuk pita tunggal terdapat sebagai
bahan genetik pada virus tumbyuhan (seperti TMV, virus mozaik tembakau), virus
hewan (seperti virus influenza, virus kaki dan mulut, virus rous sarcoma, virus
poliomyelitis) dan bakteriophage. ARN genetik dari virus mengadakan replikasi
sendiri, artinya ARN ini menghasilkan sendiri replikannya (hasil replikasi).
Berhubung dengan itu dinamakan sintesa ARN bergantung-ARN.
b.
ARN Non-Genetik
Berdasarkan
tempat terdapatnya serta fungsi dapat dibedakan atas 3 macam ARN, yaitu:
1. ARN duta (ARNd).
ARNd
berbentuk pita tunggal, terdapat di dalam nukleus dan dicetak oleh ADN dalam
prose transktripsi.
2. ARN pemindah (ARNp)
Menurut R.
Holley, molekul ARNp dibuat juga di dalam nukleus, sebelum menempatkan diri di
dalam sitoplasma. Beberapa sifat molekul ARNp yaitu:
a.
Semua
molekul ARNp mengandung urutan terminal yang sama dari basa 5’-SSA-3’ pada
akhir 3’ dari deretan polinukleotida.
b.
Semua
ARNp mempunyai bagian menukik yang merupakan bulatan, yang disebut lengan T
dimana terdapat 7 basa tak berpasangan termasuk psudouridin.
c.
Semua
molekul ARNp mempunyai lengan DHU (dihidrouridin) yang mengandung 8-12 basa tak
berpasangan.
d.
Ada
bagian yanh mengandung 3 basa, yang ada pada ARNp tetentu berbeda susunannya
daripada di ARNp lainnya.
e.
Beberapa
ARNp yang berupa pita panjang dapat mempunyai lengan tambahan pendek.
3. ARN Ribosom atau disingkat ARNr
(”ribosomal RNA”)
ARNr
terutama terdapat di dalam ribosom, meskipun dibuat di dalam nukleus.
Molekulnya berupa pita tunggal, tak bercabang dan fleksibel. Ada yang bercabang
dan fleksibel. Ada bagian dimana basa-basa komplementer membentuk
pasangan-pasangan. Fungsi molekul ARNr sampai sekarang masih sedikit diketahui,
tetapi diduga mempunyai peranan penting pada sintesa protein.
e.
Kode Genetik
Sebuah
pita molekul ADN terdiri dari tiga persenyawaan kimia, yairu asam pospat, gula
deoksiribosa, dan basa nitrogen. Sarabai dan kawan-kawan (1964) membuktikan
bahwa urutan basa nitrogen dari suatu segmen molakul ADN itu identik dengan
urutan linear dari asam-asam amino di dalam molekul protein. Empat basa ADN itu
(A, T, S, dan G) dapat dianggap sebagai alfabhet dalam molekul ADN.
Para
biologiwan molekular mengambil kesimpulan bahwa informasi genetik yang terdapat
dalam molekul ADN itu harus berupa bahasa istimewa yang berbentuk kata-kata
kode dengan menggunakan empat alfabet ADN itu. Setiap pesan genetik yang
dinyatakan dalam bentuk kode umumnya dinamakan kriptogram.
Kode
genetik yang paling sederhana adalah kode singlet, dimana sebuah nukleotida
memberi kode untuk sebuah asam amino. Mengingat adanya 20 macam asam amino,
maka baru 4 macam asam amino saja yang dapat diberi kode berarti bahwa 16 macam
asam amino belum dapat duberi kode.
Kode dublet (yaitu suatu kode yang terdiri dari dua huruf) juga belum cukup, karena baru dapat memperinci 4 x 4 = 16 macam asam amino saja, sehingga masih ada 4 macam asam amino yang belum dapat diberi kode
Kode triplet (suatu kode yang terdiri dari tiga huruf) akan menghasilkan 4 x 4 x 4 = 64 kodon, sehingga dapat memperinci 64 asam amino. Begitu pula waktu ia menerapkan tambahan sebuah tambahan atau dua buah begitu pula waktu ia menerapkan tambahan sebuah atau dua buah nukleoitida pada kode triplet. Berdasarkan hasil eksperimen ini di ambil kesimpulan, bahwa kode genetik haruslah dalam bentuk kode triplet. Beberapa sifat dari kode triplet ialah:
Kode dublet (yaitu suatu kode yang terdiri dari dua huruf) juga belum cukup, karena baru dapat memperinci 4 x 4 = 16 macam asam amino saja, sehingga masih ada 4 macam asam amino yang belum dapat diberi kode
Kode triplet (suatu kode yang terdiri dari tiga huruf) akan menghasilkan 4 x 4 x 4 = 64 kodon, sehingga dapat memperinci 64 asam amino. Begitu pula waktu ia menerapkan tambahan sebuah tambahan atau dua buah begitu pula waktu ia menerapkan tambahan sebuah atau dua buah nukleoitida pada kode triplet. Berdasarkan hasil eksperimen ini di ambil kesimpulan, bahwa kode genetik haruslah dalam bentuk kode triplet. Beberapa sifat dari kode triplet ialah:
1. Kode genetik ini memiliki banyak
sinonim, sehingga hampir semua asam amino dinyatakan oleh lebih dari sebuah
kodon.
2. Tidak ada tumpang tindih, artinya
tiada satu basa tunggalpun yang dapat mengambil bagian dalam pe,bentukan lebih
dari satu kodon, sehingga 64 kodon itu semua bebrbeda-beda nukleotidanya.
3. Kode genetik dapat mempunyai dua
arti, yaitu kodon yang sama dapat memperinci lebih dari satu asam ammino.
4. Kode genetik tidak mempunyai tanda
untuk menarik perhatian, artinya tiada sebuah kodon pun yang dapat di beri
tanbahan tanda bacaan.
5. Kodon AUG disebut juga kodon
permulaan karena kodon ini memulai sintesa rantai polipeptida.
6. Beberapa kodon dinamakan kodon
non-sens (tak berarti) karena kodon-kodon ini tidak merupakan kode untuk salah
satu asam amino pun misalnya UAA, UAG, UGA
7. Kode genetik itu ternyata universal,
karena kode yang sama berlaku untuk semua macam makhluk hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar