Kamis, 03 April 2014

Sistem Pencernaan dan Penyerapan



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pencernaan biasanya dibagi menjadi aktivitas mekanik dan kimia. Dalam kebanyakan vertebrata, pencernaan adalah suatu proses banyak-tingkat dalam sebuah sistem pencernaan, setelah ingesti dari bahan mentah, kebanyakan organisme lain. Proses ingesti biasanya melibatkan beberapa tipe manipulasi mekanik. Setiap manusia memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan tersebut akan diolah dan diubah menjadi energi melalui proses pencernaan. Proses pencernaan pada manusia dibedakan menjadi dua, yaitu pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut. Pada proses ini memerlukan bantuan lidah dan gigi. Sedangkan pada pencernaan kimiawi terjadi di rongga mulut, lambung, dan usu. Proses ini memerlukan bantuan zat kimiawi yang disebut enzim.
Sistem pencernaan sendiri tidak dapat terlepas dari penyerapan (absorpsi) zat – zat gizi dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Untuk menggunakan nutrisi yang terkandung di dalam setiap bahan pangan tentu diperlukan proses penyerapan. Penyerapan sendiri terjadi di usus halus, saat makanan yang dikonsumsi telah melewati sistem pencernaan tersebut.
Tujuan dasar dari pencernaan dan absorpsi sendiri adalah untuk mengantarkan zat gizi esensial ke sel untuk kelangsungan hidup. Agar dapat memecah zat – zat gizi esensial tersebut, tubuh mengolah makanan melalui proses kimia dan mekanik dalam saluran cerna. Keberhasilan pencernaan dan absorpsi bergantung pada koordinasi fungsi otot dan saraf dinding saluran cerna, urgan saluran cerna, dan organ tambahan dalam pencernaan.
Pola makan dan pola pencernaan kita yang dimulai dari mengunyah makanan sangat berpengaruh pada keberhasilan sistem pencernaan dalam mencerna makanan. Tidak sedikit orang mengalami gangguan pencernaan karena pola makan yang kurang tertata serta sistem pencernaan yang kurang terjaga. Meskipun sepele, hal semacam itu sangat berpengaruh pada kesehatan pencernaan tubuh di kemudian hari. Semakin lama kita tidak melatih keteraturan pola makan dan pola pencernaan, maka semakin cepat kesehatan pencernaan kita akan terganggu. Akibat jangka panjangnya, sistem metabolisme di dalam tubuh juga akan terganggu.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pencernaan ?
2.      Bagaimanakah siatem pencernaan didalam tubuh ?
3.      Apakah yang dimaksud dengan absorpsi ?
4.      Bagaimanakah pengaturan pencernaan dan absorpsi didalam tubuh ?

C.  Tujuan
1.      Menjelaskan pencernaan.
2.      Menjelaskan siatem pencernaan didalam tubuh.
3.      Menjelaskan pengertian absorpsi.
4.      Menjelaskan pengaturan pencernaan dan absorpsi didalam tubuh.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pencernaan
Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme di mana suatu makhluk hidup memproses sebuah zat, dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi. Pencernaan terjadi pada organisme multi sel, sel, dan tingkat sub-sel, biasanya pada hewan.
Pencernaan biasanya dibagi menjadi aktivitas mekanik dan kimia. Dalam kebanyakan vertebrata, pencernaan adalah suatu proses banyak-tingkat dalam sebuah sistem pencernaan, setelah ingesti dari bahan mentah, kebanyakan organisme lain. Proses ingesti biasanya melibatkan beberapa tipe manipulasi mekanik.
Pencernaan dibagi menjadi lima proses terpisah:
  1. Injesti : Menaruh makanan di mulut
  2. Pencernaan mekanik : Mastikasi, penggunaan gigi untuk merobek dan menghancurkan makanan, dan menyalurkan ke perut.
  3. Pencernaan kimiawi : Penambahan kimiawi (asam, 'bile', enzim, dan air) untuk memecah molekul kompleks menjati struktur sederhana
  4. Penyerapan : Gerakan nutrisi dari sistem pencernaan ke sistem sirkulator dan 'lymphatic capallaries' melalui osmosis, transport aktif, dan difusi
  5. Penyingkiran : Penyingkiran material yang tidak dicerna dari 'tract' pencernaan melalui defekasi.
B.  Sistem Pencernaan Di dalam Tubuh

Saluran pencernaan merupakan saluran yang kontinyu berupa tabung yang dikelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecah nya menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah. Organ-organ yang termasuk di dalam nya adalah : mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar tubuh melalui anus
Proses pencernaan makanan terjadi melalui dua cara, yaitu pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi.
Pencernaan mekanik adalah proses pencernaan yang dilakukan secara fisik dengan cara menghancurkan makanan menjadi ukuran yang lebih kecil, dengan bantuan gigi. Selanjutnya setelah makanan tadi kita kunyah, maka akan bercampur dengan air ludah. Secara mekanis, makanan dihancurkan melalui proses mengunyah dan proses peristaltik. Proses mengunyah memperluas permukaan makanan sehingga enzim pencernaan dapat bekerja lebih baik. Proses perisaltik yaitu proses mengaduk dan mendorong makanan yyang dimungkinkan oleh gerakan kontraksi dan relaksasi dinding saluran cerna sehingga makanan terdorong ke bawah, menambah penghancuran makanan dalam bentuk lebih kecil dan mengaduknya dengan sekresi pencernaan.
Pencampuran makanan dengan zat-zat kimia yang terkandung dalam air ludah inilah yang disebut sebagai pencernaan kimiawi. Selain air ludah, zat kimia lain yang berperan dalam pencernaan kimiawi adalah asam lambung, cairan empedu, dan getah pankreas. Secara kimiawi makanan dihancurkan oleh enzim – enzim pencernaan. Enzim – enzim ini dikluarkan melalui air ludah ke mulut, melalui cairan lambung ke dalam lambung dan melalui cairan usus halus ke dalam usus halus. Di samping itu cairan empedu yang dikeluarkan oleh kantong empedu membantu pencernaan dan absorpsi di dalam sel – sel usus halus. Asam klorida di dalam lambung juga membantu pencernaan.
Proses pencernaan pada manusia sendiri melibatkan beberapa organ, seperti :
a)      Mulut
b)       Kerongkongan (esofagus)
c)      Lambung (ventrikulus)
d)     Usus Halus
e)       Usus Besar
·         pencernaan makanan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3H_rmHwD8c3ASGquibfuHhaVxSKeacOSKI5W717imDb3VnYsVQffrsM00z8fTeDXlTwkYqIfsFjHFE4B_GpnfczUkYPdIs41cLpzfzh4aJtml4ckNR4XnaUkbXOiaCcVORfSa6c610mc/s320/sistem+pencernaan.jpg

1.      Mulut
Di dalam rongga mulut terdapat beberapa alat lain seperti gigi, lidah, dan kelenjar ludah. Gigi, berfungsi sebagai alat pencernaan mekanik seperti untuk memotong, mengoyak, dan memecah makanan menjadi begian yang lebih kecil sehingga mempermudah kerja enzim. Berdasarkan fungsi dan bentuknya gigi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu seri, taring, dan geraham. Gambar penampang gigi serta bagian-bagiannya dapat dilihat pada gambar. Lidah, merupakan jaringan otot yang memiliki pangkal pada bagian belakang dasar mulut. Lidah berfungsi untuk menahan makanan saat dikunyah dan juga mendorong makanan dari rongga mulut untuk masuk ke kerongkongan.
Kelenjar ludah, sesuai namanya kelenjar ludah berfungsi untuk mengeluarkan air ludah. Di dalam air liur, terdapat enzim bernama amilase (ptialin). Enzim ptialin berfungsi untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi maltosa (gula).
2.      Kerongkongan (esofagus)
Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia selanjtnya adalah kerongkongan. Kerongkongan adalah saluran pencernaan yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung. Di dalam kerongkongan terjadi gerakan peristaltik. Gerakan peristaltik adalah gerakan kerongkongan mendorong makanan agar masuk ke dalam lambung.
3.      Lambung (ventrikulus)
Lambung manusia terletak dibawah sekat rongga badan (diafragma) sebelah kiri. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Kardiak, adalah penghubung kerongkongan dengan lambung.
Fundus, merupakan bagian tengah lambung yang bentuknya agak besar.
Pilorus, adalah penghubung lambung dengan usus halus.
Lambung tersusun dari tiga lapisan otot, yaitu lapisan otot membujur di bagian paling luar, lapisan melingkar di bagian tengah, dan lapisan menyorong di bagian dalam. Di bagian dinding lambung terdapat sel-sel yang dapat mengeluarkan getah lambung. Getah lambung terdiri dari asam lambung (HCl), enzim pepsin, enzim renin, serta air dan cairan lendir (mukus).
4.       Usus Halus
Usus halus pada manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus halus tengah (jejenum), dan usus halus bagian akhir (ileum). Pada usus halus, terjadi proses penyerapan sari-sari makanan yang selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Proses pencernaan kimiawi pada usus halus dilakukan oleh zat-zat kimia yang dihasilkan dari getah usus, getah pankreas, dan kelenjar empedu.
5.      Usus Besar
Usus besar merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan pada manusia. Memiliki panjang kurang lebih satu meter dan terdiri atas dua bagian, yaitu usus tebal (colon) dan poros usus (rektum). Sisa-sisa makanan yang sudah diserap sari-sarinya oleh usus halus akan terdorong masuk ke dalam usus besar. Di dalam usus besar, air dan garam mineral yang masih terdapat dalam sisa-sisa makanan ini akan diserap kembali oleh dinding colon. Setelah itu, sisa-sisa makanan akan ditampung di dalam rektum untuk dibusukkan oleh bakteri pembusuk yang disebut dengan Escherichia coli. Zat-zat sisa makanan yang sudah menjadi feses (tinja) ini akan dikeluarkan dari tubuh melalui anus.
·         Proses pencernaan
a.      Peristaltik
Bolus dari ujung esofagus bergerak dengan gerakan peristaltik, yaitu gerakan bergelombang yang disebabkan oleh kontraksi otot pada dinding saluran cerna yang mendorong makanan di sepanjang saluran cerna. Gerakan – gerakan ini dilakukan oleh otot – otot yang melingkar dan yang memanjang. Saat otot melingkar berkontraksi, otot memanjang akan relaksasi, dan saluran mengecil. Sedangkan, pada kondisi yang berlawanan, saluran akan membesar.

b.      Proses di dalam lambung
Lambung memiliki dinding paling tebal dan otot paling kuat dibandingkan dengan bagian pencernaan lainnya. Lambung juga memiliki lapisan otot diagonal yang secara bergantian melakukan kontraksi dan relaksasi. Saat ketiga otot tersebut menekan kimus ke bawah, sfingter pilorus tetap tertutup rapat untuk mencegah kimus masuk ke doudenum. Hal ini berakibat kimus diaduk dan ditekan ke bawah, mengenai sfingter pirolus, tetapi tetap berada di lambung.

c.       Segmentasi
Alat pencernaan tidak saja mendorong, akan tetapi secara periodik juga memeras isisnya sepanjang saluran, sehingga memungkinkan getah pencernaan dan sel – sel dinding usus bersentuhan baik dengan saluran cerna.

d.    Kontraksi sfingter
Ada empat jenis otot sfingter yang membagi saluran cerna ke dalam  bagian – bagian utama. Otot – otot ini mencegah terjadinya arus balik isi saluran cerna. Sfingter kardiak mencegah isi lambung kembali ke esofagus. Sfingter pirolus mencegah isi usus kembali ke lambung dan menjaga agar bolus tinggal cukup lama di dalam lambung untuk memungkinkan pencampuran yang baik dengan getah lambung dan menjadikannya lebih halus. Pada ujung usus halus ada sfingter ileosekal yang berfungsi mengosongkan isi usus halus ke dalam usus besar.

·         Gangguan kesehatan saluran pencernaan
Sistem pencernaan yang tidak sesuai / tidak terkontrol dengan baik, dapat berdampak buruk pada kesehatan alat pencernaan di dalam tubuh. Efeknya, dapat mengakibatkan munculnya gangguan pada sistem pencernaan tubuh. Beberapa gangguan – gangguan pencernaan menurut Anderson, 2001 :
a.      Gigi busuk dan napas berbau
Salah satu munculnya napas berbau ialah keadaan gigi yang kurang diperhatikan. Gigi yang membusuk dapat menjadi faktor dari munculnya napas yang berbau. Pembusukan pada akar – akar gigi mengakibatkan abses di dalam gusi dengan nanah yang busuk baunya, sehingga napas yang keluarpun beraroma tidak sedap.
Selain itu, bau busuk yang timbul juga dapat disebabkan karena kuman – kuman pembusuk yang berada di dalam lubang – lubang tak kasat mata yang berada di dalam gigi.Napas yang tidak sedap juga dapat disebabkan karena lambung mengalami peradangan, sehingga makanan kurang dicernakan dengan sempurna.
b.   Kesulitan untuk menelan
Suatu tumor, seperti pada kelenjar gondok yang mudah menjadi besar, atau gondok nadi pada aorta, ataupun kanker, dapat mengganggu proses menelan yang normal. Gumpalan makanan sering menyumbat saluran makanan sehingga harus dikeluarkan melalui sebuah pembuluh panjang yang disebut oesophagoscope. Kesulitan menelan kadang – kadang terjadi sesudah menderita penyakit tertentu seperti polio, diphtheria, syphilis, atau bermacam – macam bentuk keracunan, ketagihan minuman keras, histeria, dan adanya gangguan pikiran.

c.       Gangguan pencernaan (Indigesto)
Orang yang menderita gangguan pencernaan mengeluh karena menderita banyak penyakit, seperti perasaan mual, nyeri ulu hati, sakit perut bagian atas, dan perut gembung, atau merasa kepenuhan di dalam perut sesudah makan. Perasaan tidak enak ini sering timbul karena makan terlalu cepat atau karena makanan tidak dikunyah dengan baik. Kesulitan kadang – kadang disebabkan oleh kurangnya gigi. Gangguan – gangguan emosi dan ketegangan pikiran yang hebat juga menjadi sebab – sebab yang biasa untuk rasa perut gembung dan gangguan pencernaan.

d.      Gastritis
Gastritis adalah peradangan pada selaput lendir lambung. Penyakit ini menyebabkan timbul keluhan – keluhan seperti nyeri, hilang nafsu makan, mual, muntah – muntah, sakit kepala, dan pening. Penyakit ini kadang – kadang terjadi sesudah penyakit campak, diphtheria, radang paru – paru oleh virus, dan thypus abdominalis.

e.    Ulcus Peptikum
Ulcus peptikum adalah penyakit berbentuk borok atau erosi pada selaput lendir yang melapisi semua saluran pencernaan. Penyakit ini lebih sering terjadi di dalam lambung, usus 12 jari, maupun ujung bawah kerongkongan. Penyakit ini sering terjadi pada orang dengan kandungan HCl di dalam lambungnya tinggi.

f.      Diare
Apabila kimus dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.

g.    Konstipasi (sembelit)
Sembelit terjadi jika kimus masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging.

h.   Tukak lambung
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.
C. Absorpsi
Absorpsi adalah proses penyerapan suatu zat oleh zat lain. Dalam proses ini, zat yang diserap masuk ke bagian dalam zat penyerap. Misalnya peristiwa pelarutan (gas ke dalam zat cair atau zat padat), difusi (zat cair ke dalam zat padat), warna yang diserap oleh suatu benda (warna absorpsi), penyerapan sinar bias oleh suatu zat pada peristiwa bias kembar (absorpsi selektif) dan penyerapan energy oleh electron di dalam satuan atom (spectrum absorpsi).
1. Anatomi sistem absorpsi
Absorpsi zat – zat gizi terutama terjadi pada permukaan usus halus. Usus halus yang panjangnya kurang lebih enam meter dan diameter kurang lebih 2,5 cm, mempunyai luas permukaan 200 m2. Usus halus berbentuk lipatan – lipatan. Tiap lipatan memiliki ribuan jonjot – jonjot yang dinamakan vili. Sebuah vili terdiri atas ratusan sel yang masing – masing mempunyai bulu yang sangat halus, dinamakan mikrovili. Di dalam celah – celah antar vili terdapat kripta – kripta berupa kelenjar yang mengeluarkan getah – getah usus ke dalam saluran usus halus.  
2. Sistem absorpsi
Vili secara terus – menerus dalam keadaan bergerak. Tiap vilus dilapisi oleh lapisan otot yang sangat tipis. Tiap molekul zat gizi yang ukurannya cukup kecil untuk diserap, terjadi di dalam mikrovili dan diserap ke dalam sel. Pada tiap vili terdapat pembuluh – pembuluh darah dan pembuluh – pembuluh limfe yang berasal dari sistem peredaran darah dan sistem limfe, yang merupakan sistem transportasi zat – zat gizi.
Saluran cerna bekerja secara selektif. Bahan yang dibutuhkan tubuh dipecah dalam bentuk yang dapat diserap dan diangkut ke seluruh tubuh, dan bahan yang tidak digunakan dikeluarkan dari tubuh.


3.  Cara absorpsi
Absorpsi merupakan proses yang sangat kompleks dan menggunakan empat cara : pasif, fasilitatif, aktif, dan fagositotis.
Absorpsi pasif trejadi bila zat gizi diabsorpsi tanpa menggunakan alat angkut atau energi.
Absorpsi fasilitatif menggunakan alat angkut protein untuk memindahkan zat gizi dari saluran cerna ke sel yang mengabsorpsi. Absorpsi aktif menggunakan alat angkut protein dan energi.
D.  Pengaturan pencernaan dan absorpsi
Makanan harus mengalami berbagai perubahan di dalam saluran cerna hingga diperoleh bentuk – bentuk sederhana yang dapat diabsorpsi ke dalam darah untuk selanjutnya diangkat oleh darah atau limfe ke sel – sel tubuh. Perubahan – perubahan menjadi bentuk sederhana ini dilakukan melalui proses pencernaan di dalam saluran cerna.
Sistem pencernaan sendiri tidak dapat terlepas dari penyerapan (absorpsi) zat – zat gizi dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Untuk menggunakan nutrisi yang terkandung di dalam setiap bahan pangan tentu diperlukan proses penyerapan. Penyerapan sendiri terjadi di usus halus, saat makanan yang dikonsumsi telah melewati sistem pencernaan tersebut.
Tujuan dasar dari pencernaan dan absorpsi sendiri adalah untuk mengantarkan zat gizi esensial ke sel untuk kelangsungan hidup. Agar dapat memecah zat – zat gizi esensial tersebut, tubuh mengolah makanan melalui proses kimia dan mekanik dalam saluran cerna. Keberhasilan pencernaan dan absorpsi bergantung pada koordinasi fungsi otot dan saraf dinding saluran cerna, urgan saluran cerna, dan organ tambahan dalam pencernaan.

Proses pencernaan dan absorpsi berlangsung dengan cara sangat terkoordinasi. Struktur saluran cerna dan cara kerjanya memungkinkan pemecahan makanan menjadi unit – unit sangat halus dan pengantaran produknya ke seluruh tubuh.

1.    Hormon – hormon saluran cerna dan sistem saraf
Ada dua sistem yang mengatur sistem pencernaan dan penyerapan, yaitu sistem hormon dan sistem saraf. Isi saluran cerna merangsang atau menghambat sekresi pencernaan dengan memberi pesan yang disampaikan hormon dan sistem saraf dari satu bagian cerna ke bagian lain. Pengaturannya dilakukan melalui mekanisme umpan balik. 
2.    Pengaturan pH lambung
Pemeliharan pH lambung antara 1,5 – 1,7 dilakukn oleh hormon gastrin yang dikeluarkan oleh sel – sel dinding lambung. Masuknya makanan ke dalam lambung merangsang sel – sel pada dinding lambung untuk mengeluarkan gastrin. Gastrin merangsang sel – sel kelenjar lambung lain untuk mengeluarkan cairan hidroklorida. Bila pH mencapai 1,5 asam klorida menghentikan pengeluaran gastrin, sehingga produksi hidroklorida ikut terhenti, dan lambung tidak menjadi terlalu asam.
Pengaturan lain adalah reseptor saraf di dalam dinding lambung. Reseptor ini bereaksi terhadap kehadiran makanan dengan cara merangsang kelenjar lambung untuk mengeluarkan cairannya dan otot untuk melakukan kontraksi. Pada saat lambung mengosongkan diri, reseptor tidak lagi terangsang, pengeluaran cairan lambung diperlambat  dan kontraksi lambung diperlambat. 
3.      Pengaturan pembukaan sfingter pilorus
Pengaturan pembukaan dan penutupan sfingter pilorus dilakukan sebagai berikut : bila sfingter pilorus relaksasi, kimus yang bersifat asam masuk dari lambung ke usus halus. Keasaman yang ditimbulkan berakibat pada penutupan sfingter dengan rapat. Masuknya bikarbonat dari pankreas yang menjadikan medium di sekitar sfingter menjadi basa, membuat otot sfingter kembali relaksasi.
Saluran pencernaan sangat peka terhadap kondisi lingkungan. Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor gaya hidup, seperti tidur, istirahat, aktivitas fisik, dan keadaan emosional. Tidur dan istirahat dapat menjadi salah satu cara untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan – jaringan, serta pengeluaran sisa – sisa yang dapat mengganggu fungsi saluran cerna. Aktivitas fisik berpengaruh pada kekencangan otot saluaran cerna, sedangkan keadaan mental berpengaruh pada aktivitas hormon dan urat saraf yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi. Pada saat makan, dibiasakan makan dengan tenang dan rileks untuk mrmbantu proses pencernaan supaya tetap mampu menghsilkan hormon – hormon secara maksimal dan proses mencerna berjalan dengan lancar.
Faktor lain yang juga mempengaruhi pencernaan dan absorpsi adalah jenis makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dikonsumsi harus seimbang, beragam, dan berkecukupan.
Dengan pengaturan pola hidup yang baik, resiko terkena gangguan sistem pencernaan akan semakin rendah.


    


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
         Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme di mana suatu makhluk hidup memproses sebuah zat, dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi. Tujuan pencernaan adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang di cerna sehingga siap di absorpsi. Pencernaan biasanya dibagi menjadi aktivitas mekanik dan kimia. Dalam kebanyakan vertebrata, pencernaan adalah suatu proses banyak-tingkat dalam sebuah sistem pencernaan, setelah ingesti dari bahan mentah, kebanyakan organisme lain. Proses ingesti biasanya melibatkan beberapa tipe manipulasi mekanik.
Absorpsi adalah penggerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.

B.     Saran
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memotivasi kami dalam membuat makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak atau kalangan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar