Kamis, 03 April 2014

Belajar Sains



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Dunia pendidikan dalam kiprahnya pengembangan sumber daya manusia tentunya harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dan dipandang perlu melakukan reorientasi bentuk-bentuk peran yang bisa disumbangkan agar mampu menghasilkan manusia-manusia yang siap menghadapi berbagai tantangan global sehingga tidak menjadi beban bagi manusia lain. Reorientasi dalam bidang penidikan antara lain reorientasi program yaitu melalui peningkatan kemampuan dalam pembobotan kurikulum mutu tenaga pengajar dan tekhnik pembeelajaran sebagi upaya peningktan kualitas hasil belajar. Reorientasi tersebut akhirnya diharapkan mampu sumber daya manusia yang memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang memadai.
Pelajaran ilmu pengetahuan sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar program pengajaran diartikan sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman dari serangkaian proses.
Selain itu, pelajaran sains yang mencakup kajian biologi, fisika, dan kimia merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai-nilai pada siswa. (Rustam, 1997:8)
Ilmu biologi adalah bagian dari sains yang mengandung dua aspek yang tidak dapat dipisahkan yaitu proses dan produk sains. Proses sains adalah bagaimana isi ilmu pengetshuan tersebut diperoleh sedangkan produk dapat diartika apa yang terdapat dalam IPA meliputi fakta, konsep dan prinsip. (Nur, 1996:9)

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian pendidikan Sains?
2.    Apa hakekat belajar sains?
3.    Bagaimana metode belajar sains?
4.    Bagaimana pendekatan belajar sains?
1.3    Tujuan
Adapun  tujuan yang dapat dikemukakan dalam makalah ini sebagai berikut?
1.      Untuk mengetahui pengertian sains
2.      Untuk mengetahui hakekat belajar sains
3.      Untuk mengetahui metode belajar sains
4.      Untuk  mengetahui pendekatan dalam belajar sains

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian SAINS
Istilah sains berasal dari bahasa latin yaitu scientia yang berarti pengetahuan. Dalam arti sempit sains adalah disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorology, dan fisika, sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoology, sitologi, embriologi, mikrobiologi).
Pengertian istilah sains secara khusus yaitu sebagai Ilmu Pengetahuan Alam yang sangat beragam. Carin dan Sund (1993) dalam Puskur-Depdiknas (2006) mendefinisikan sains sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Dari uraian diatas dapat disimupulkan bahwa sains didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.

2.2    Hakekat Belajar Sains
Sains berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya yang bersemboyan " Sains hari ini adalah teknologi hari esok".
Sains membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) bahwa sains merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen.
Untuk membahas hakikat sains ada beberapa hal yang perlu diperhatikan  menurut Hardy dan Fleer (1996) sehingga dapat memahami sains dalam perspektif yang lebih luas, yaitu:
1.    Sains sebagai Kumpulan Pengetahuan (body of knowledge)
Sains sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep sains yang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam.
2.    Sains sebagai Suatu Proses
Sains sebagai suatu proses penelusuran umunnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran sains yang berkaitan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nilai dari kegiatan pengamatan, inferensi, hipotesis, dan percobaan dalam alam. Ilmuwan memberikan berbagai gagasan yang melibatkan proses metode ilmiah dalam melakukan kegiatannya. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosialhumaniorateologi, dan seni.
Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali "ilmu" sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (biasa disingkat IPA). Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti. Di samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah "ilmu alam" kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, "ilmu alam" dapat menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alam semesta).
3.    Sains sebagai Kumpulan Nilai
Sains sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan sains sebagai proses. Bagaimanapun juga pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat dalam sains. Ini termasuk didalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan akan berbagai fenomena yang baru sekalipun.
4.    Sains sebagai suatu cara Untuk Mengenal Dunia
Proses sains dipengaruhi oleh cara di mana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. Sains dipertimbangkan sebagai suatu cara dimana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka.
Sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja. Cain & Evans (Nuryani Y. Rustaman, dkk. 2003: 88) menyatakan sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi. Jika sains mengandung empat hal tersebut, maka ketika belajar sains pun siswa perlu mengalami keempat hal tersebut.
Dalam pembelajaran sains, siswa tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga harus belajar aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh. Sejalan dengan pemikiran tersebut, pembelajaran sains merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang dilakukan pada siswa sebagaimana yang dikemukakan National Science Educationa. Standart (1996: 20) bahwa ”Learning science is an active process. Learning science is something student to do, not something that is done to them”. Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya mencakup aktivitas hands-on tetapi juga minds-on.
Sains memiliki karakteristik yang khas yaitu sains ditempuh melalui berbagai proses penyelidikan secara berkelanjutan, yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk sistem yang unik. System yang unik dimaksud adalah metode ilmiah pada sains yang sistematik dan terarah yaitu dimulai dari menemukan masalah, kemudian mengidentifikasi masalah tersebut, dilanjutkan dengan merumuskan masalah, selanjutnya mebuat hipotesa atas rumusan tersebut, kemudian hipotesa ini di uji melalui ekperimen mau pun cara lainnya, dan terakhir menarik kesimpulan apa hipotesa yang dibuat di terma atau ditolak.

2.3    Metode Belajar Sains
Umumnya metode yang digunakan dalam sains disesuaikan dengan karakteristik materi, situasi dan kondisi peserta didik serta sarana dan prasarana pendidikan yang ada.
Adapun ragam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Metode Eksperimen
Metode eksperimen banyak digunakan dalam pengajaran sains. Dalam metode ini mengajar dikembangkan melalui pengembangan suatu percobaan tentang sesuatu aspek pengetahuan yang perlu diverifikasi atau diuji. Langkah-langkah umum metode eksperimen meliputi sebgai berikut. a) Memilih suatu masalah dan merumuskannya. b) Mengumpulkan dan menyusun materi dan informasi sebagai bahan eksperimen. c) membuat hipotesis. d) Melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis. e) Membuat kesimpulan. Metode eksperimen memiliki manfaat sebagai berikut. a) Menumbuhkan kesanggupan menguasai data atau factor-faktor tertentu dalam ikatan proses tertentu. b) Membina kesanggupan untuk membuktikan sesuatu pendapat atau hipotesis. c) Terhindar dari situasi yang bersifat verbalistik.
Beberapa pedoman pelaksanaan metode eksperimen sebagai berikut. a) Tumbuhkan minat akan topik yang akan dibuat eksperimennya. b) Usahakan supaya setiap langkah yang dibuat dapat dimengerti dengan jelas oleh mahasiswa. c) Usahakan supaya waktu untuk penyelengaraan eksperimen tidak terlampau lama hingga menimbulkan kebosanan. d) Adakanlah suatu diskusi pendek tentang eksperimen yang baru dilakukan sebelum mengambil sesuatu kesimpulan.

2.    Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan-bahan pembelajaran dalam bentuk masalah-masalah yang harus dipecahkan oleh mahasiswa dan dosennya. Dalam metode ini dibahas suatu masalah dan diungkap berbagai kemungkinan pemecahan atau jalan keluarnya. Metode diskusi biasanya dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut. a) Memilih dan menetapkan suatu materi atau masalah yang pantas untuk didiskusikan. Masalah yang dipilih harus memungkinkan timbulnya beberapa pendapat, harus ada dalam batas-batas kemampuan mahasiswa pemecahannya. b) Pengajar sebagai fasilitator atau pembimbing diskusi memberikan penjelasan-penjelasan tentang masalah yang dijadikan pokok diskusi, sebab-sebab perlunya didiskusikan, dan tujuan yang ingin dicapai dari diskusi tersebut. c) Setelah peseta diskusi memahami duduknya masalah, maka para mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengeukakan pendapatnya masing-masing. d) Pemimpin diskusi (dosen atau kelompok mahasiswa) harus mampu mengatur giliran mengemukakan pendapat dari peserta dengan tertib dan mengarahkan pembicaraan. e) Pimpinan diskusi harus menghimpun persamaan-persamaan pendapat dari para peserta diskusi, titik-titik perbedaannya dan akhirnya membuat suatu kesimpulan sebagai akhir dari diskusi.
Metode diskusi merupakan metode yang baik untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut. a) Untuk melatih kemampuan mengeluarkan pendapat tentang suatu masalah, mempertahankan pendapat, dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian pendapat dengan yang lain atas dasar tukar pikiran yang sehat. b)Melatih kemampuan berpikir bersama, membina kesanggupan memberikan pendapat, dan menerima serta menghargai pendapat orang lain. c) Melatih mengunakan pengetahuan guna memecaka suatu masalah. Metode diskusi dapat dilaksanakan secara efektif antara lain melalui hal sebagai berikut. a) Usahakan masalah yang didiskusikan menarik bagi semua peserta dan megundang berbagai jawaban. b) Usahakan semua peserta dapat urun pendapat dan mempertahankan pendapatnya. c) persiapkan tempat diskusi yang memungkinkan setiap peserta dapat berhadapan dan peserta merasa sama kedudukan dan hak-haknya. d) Usahakan kesimpulan yang diambil tepat dan menghargai pendapat semua peserta.

3.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang berusaha untuk mengkombinasikan cara-cara penjelasan lisan seperti metode ceramah dengan perbuatan yang berusaha membuktikan atau memperagakan dengan alat apa yang dijelaskan secara lisan. Dalam metode demonstrasi ada tiga hal yang ditonjolkan, yaitu jenis pekerjaan atau keterampilan, cara pengerjaan, dan alat-alat untuk pengerjaannya.
Hal-hal yang perlu ditempuh dalam demonstrasi antara lain: a) Menentukan program demonstrasi yang akan dilakukan, dan memahami serta mencoba program tersebut sematang mungkin. b) Sampaikan pokok-pokok dari kegiatan demonstrasi tersebut, dan apa tujuannya. c) Siapkan peralatan yang akan diperlukan sebaik dan semenarik mungkin. d) Lakukan demonstrasi sebaik mungkin sesuai dengan daya tangkap dan daya ingat peserta. e) Adakan evaluasi pada hasil demonstrasi melalui suatu diskusi pendek.
Manfaat yang bisa diambil dari pembeljaran dengan metode diskusi antara lain sebagai berikut: a) Menghindari verbalistik. b) Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengamati sendiri atau melakukan sendiri sehingga dapat meningkatkan keterampilan. c) Dapat lebih meningkatkan daya ingat, karena dalam demonstrasi ada unsur ceramah, eksperimen, dan diskusi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi antara lain: a) Ciptakan demonstrasi sejelas dan semenarik mungkin. b) Upayakan dengan demonstrasi tersebut peserta dapat mengikutinya. c) Gunakan waktu demonstrasi tersebut seefisien mungkin sehingga tidak membuat peserta bosan. d) Lakukan diskusi pendek sehingga kita dapat mengevaluasi keberhasilan dari demonstrasi tersebut.

2.4    Pendekatan dalam Belajar Sains
Pedekatan apapun yang digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sains, sudah semestinya mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Pendekatan yang relevan dengan pembelajaran sains antara lain pendekatan tujuan, pendekatan konsep, pendekatan inkuiri, pendekatan keterampilan proses.
1.    Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Dengan pendekatan ini berarti semua komponen pembelajaran ditata dan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penggunaan pendekatan tujuan meminta guru mengetahui dengan jelas tujuan yang harus dicapai siswa setelah selesai pembelajaran. Sebagai contoh, bila dalam tujuan pembelajaran tertera agar mahasiswa dapat merencanakan, melakukan, dan melaporkan praktikum, maka dosen harus merancang pembelajaran sedemikian rupa, sehingga pada akhir pembelajaran mahasiswa harus mencapai tujuan tersebut yakni mampu merencanakan, melaksankan, dan melaporkan praktikum. Dalam kurikulum formal di Indonesia, pendekatan ini digunakan sejak kurikulum 1975. Sebenarnya pendekatan ini bersifat umum, karena ketika dosen merencanakan pendekatan lainnya, pendekatan tersebut juga dirancang tidak lain untuk mencapai tujuan.

2.      Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan maksud karena IPA merupakan alat yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa. Kepribadian yang berkembang merupakan prasyarat untuk melangkah ke profesi apapun yang diminati siswa (Popy dkk, 2009:1).
Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian (Popy dkk, 2009:2).
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian Pendekatan Keterampilan Proses adalah perlakuan yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan memperoleh pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau kemampuan olah perbuatan (fisik) (Popy dkk, 2009:2).
Untuk mengajarkan keterampilan proses, siswa benar-benar melakukan pengamatan, pengukuran, pemanipulasian variabel dan sebagainya. Ringkasnya,siswa bertindak sebagai ilmuwan. Oleh karena itu pendekatan ini lebih banyak melibatkan siswa dengan obyek-obyek konkrit, yaitu siswa aktif berbuat. Pendekatan keterampilan proses memberi siswa pemahaman yang valid tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan sains dan dapat lebih baik memahami fakta-fakta dan konsep-konsep. Siswa diberi kesempatan untuk belajar sambil berbuat, menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (Trianto: 2010).
Pendekatan keterampilan proses menekankan bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga mudah dipahami dan digunakan dalam kehidupan di masyarakat. Dalam proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan-kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuannya yang baru diperolehnya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap ilmiah dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep (Trianto: 2010)
Langkah-langkah pelaksanaan keterampilan proses antara lain: (Trianto, 2010:144)
1.         Mengamati, keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera.
2.         Menggolongkan (mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau persamaan atau perbedaan antara benda, kenyataan atau konsep sebagai dasar penggolongan.
3.         Menafsirkan (menginterpretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, penelitian atau eksperimen.
4.         Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi. Misalnya berdasarkan pengalaman tentang keadaan cuaca sebelumnya, apabila mendung pasti akan terjadi hujan atau sebaliknya. Siswa dapat meramalkan keadaan cuaca yang akan terjadi. Meramal tidak sama dengan menebak. Menebak adalah memperkirakan suatu hal tanpa berdasarkan data atau informasi yang ada.
5.         Menerapkan, yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hokum, teori dan keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan atau dihayati.
6.         Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil-tidaknya penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih, Karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah atau objek yang akan diteliti, tujuan dan ruang lingkup penelitian, sumber data atau informasi, cara analisis, alat dan bahan atau sumber kepustakaan yang diperlukan. Jumlah orang yang terlibat, langkah-langkah pengumpulan dan pengolahan data atau informasi, serta tata cara melakukan penelitian.
7.         Mengkomunikasikan, yaitu menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan.
3.    Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode pembelajaran/).
4.      Pendekatan Inkuiri
Inkuiri dalam bahasa Inggris, inquiry berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri dapat diartikan sebagai proses yang ditempuh manusia untuk mendapatkan informasi atau untuk memecahkan permasalahan. Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak peserta didik terlibat langsung ke dalam proses ilmah pada waktu yang relatif singkat. 
Inkuiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman yang diawali dengan pertanyaan yang muncul dari pengamatan (Direktorat PSMP, 2008). Collete (1994) menjelaskan inkuiri dapat dipandang sebagai dua cara dalam pembelajaran sains, yaitu teaching science as inquiry dan teaching science through inquiry. Teaching science as inquiry mengharuskan guru untuk memahami sifat dasar dari sains dan bagaimana pengetahuan diperoleh.
Teaching science through inquiry mengarah pada keterampilan dan strategi. Metode ini sering diintergrasikan ke dalam proses pembelajaran untuk mendorong pembelajar melalui kegiatan-kegiatan berikut : bertanya, keterampilan proses sains, aktivitas induktif, aktivitas deduktif, mengumpulkan informasi dan menyelesaikan masalah.Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah suatu proses untuk memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri pengetahuannya.
Sudjana (1989) menyatakan, ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu: merumuskan masalah, menetapkan jawaban sementara (hipotesis), mencari informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan, menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, mengaplikasikan kesimpulan. 



BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimuplakn bahwa sains didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Carin dan Sund (1993) dalam Puskur-Depdiknas (2006) mendefinisikan sains sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Pada hakikatnya sains meliputi empat unsur utama yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Tujuan pembelajaran sains adalah siswa memiliki tiga kemampuan dasar IPA, yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum terjadi, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah.
Setelah adanya hakekat dalam melakukan suatu tindakan maka pasti akan muncul metode-metode, metode yang digunakan dalam belajar sains ini antara lain metode eksperimen, metode diskusi, metode  demonstrasi. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam belajar sains antara lain pendekatan konsep, pendekatan tujuan, pendekatan inkuiri dan pendekatan ketrampilan proses.

3.2    Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat untuk memotivasi kami dalam membuat masalah berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar